Jumat 01 Dec 2023 14:31 WIB

Penyebaran Ratusan Ribu Nyamuk Wolbachia Efektif? Menkes Angkat Bicara  

Nyamuk Bionik Wolbachia diklaim bisa hadang demam berdarah

Rep: Ronggo Astungkoro / Red: Nashih Nashrullah
Petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung memeriksa jentik nyamuk yang sudah disuntikkan bakteri Wolbachia di Kantor Dinkes Kota Bandung, Bandung, Jawa Barat, Senin (13/11/2023). Pemerintah Kota Bandung telah mengimplementasikan inovasi bakteri wolbachia ke dalam telur-telur nyamuk Aedes aegypty guna menekan kasus DBD di Kota Bandung. Kota Bandung merupakan satu dari lima kota pilot project untuk implementasi penanggulangan DBD berbasis teknologi wolbachia.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung memeriksa jentik nyamuk yang sudah disuntikkan bakteri Wolbachia di Kantor Dinkes Kota Bandung, Bandung, Jawa Barat, Senin (13/11/2023). Pemerintah Kota Bandung telah mengimplementasikan inovasi bakteri wolbachia ke dalam telur-telur nyamuk Aedes aegypty guna menekan kasus DBD di Kota Bandung. Kota Bandung merupakan satu dari lima kota pilot project untuk implementasi penanggulangan DBD berbasis teknologi wolbachia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut, implementasi teknologi nyamuk dengan bakteri wolbachia berhasil menurunkan incidence rate demam berdarah di Yogyakarta.

 

Baca Juga

Budi menjelaskan, wolbachia adalah bakteri alami yang ada di dalam tubuh beberapa serangga seperti lalat buah, kupu-kupu, ngengat. 

 

“Begitu (implementasi Wolbachia) terjadi di Yogyakarta dan mengapa kita senang karena pendekatannya ilmiah, sistematis, dan terstruktur. Bakteri wolbachia ini di nyamuk pun ada, jadi bukan sesuatu yang dibikin-bikin,” kata Budi dalam siaran pers, Kamis (1/12/2023). 

 

Dia menjelaskan, wolbachia tak dapat bertahan hidup di luar sel serangga karena tak memiliki mekanisme untuk mereplikasi dirinya sendiri tanpa bantuan serangga sebagai inangnya. 

 

Selain tak dapat bertahan hidup di lingkungan luar sel inang, wolbachia juga tak dapat berpindah ke serangga lain atau manusia dan bukan merupakan rekayasa genetika oleh para ilmuwan. 

 

DI Yogyakarta, kata dia, implementasi wolbachia berhasil menurunkan incidence rate demam berdarah di bawah standar WHO, yaitu 1,94 per 100 ribu penduduk data pada Juli 2023 dengan mengimplementasikan teknologi wolbachia. 

 

WHO menetapkan standar untuk incidence rate atau frekuensi kesakitan sebesar 10 per 100 ribu penduduk.  

 

“Secara umum, frekuensi kesakitan demam berdarah tercatat 28,45 per 100 ribu penduduk dan frekuensi kematian 0,73 per 100 ribu penduduk. Kasus tersebut didominasi oleh usia 5-14 tahun,” tutur dia. 

 

Baca juga: Mengapa Allah SWT Mengutuk Kaum Yahudi Menjadi Kera? Ini Tafsir Surat Al-Baqarah 65

Budi menjelaskan, dengue di Indonesia atau demam berdarah di Indonesia meningkat terus selama mungkin 50 tahun terakhir. Jadi selama 50 tahun terakhir pemerintah sudah melakukan berbagai macam intervensi dan program.

 

“Mulai dari pemberian larvasida, Pemberantasan Sarang Nyamuk, melakukan 3M, membentuk Juru Pemantau Jentik(Jumantik) dan adanya gerakan satu rumah satu jumantik sampai fogging,” jelas Budi. 

Dia menerangkan, bakteri wolbachia...

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement