REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon gubernur (cagub) Jakarta Dharma Pongrekun menolak rencana Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta yang hendak menyebarkan nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia. Menurut dia, nyamuk itu semestinya ditangkap, bukan justru dilepaskan.
Dharma mengatakan, secara naluriah manusia seharusnya menangkap nyamuk bukan justru menyebarkan binatang itu. Bahkan, naluri itu dituangkan dalam lagu anak-anak.
"Waktu kecil kita diberikan lagu oleh orang tua kita," kata dia di Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (25/9/2024).
Dharma menilai, lagu tersebut memiliki makna untuk menangkap nyamuk. Ia kemudian melantunkan lagu anak-anak 'Cicak-Cicak di Dinding' di depan wartawan.
"Cicak-cicak di dinding, diam-diam merayap. Datang seekor nyamuk, hap, lalu ditangkap. Jadi dia (nyamuk) harus disebarkan atau di-hap? Ini naluri manusia terhadap itu," ujar Dharma.
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta nomor urut 2 itu diketahui menolak rencana penyebaran nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia yang akan dilakukan oleh Pemprov Jakarta. Mereka bahkan meminta warga di Jakarta untuk menolak program pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia.
Menurut dia, masyarakat harus waspada terkait program tersebut. Ia menilai, pelepasan nyamuk itu dikhawatirkan akan membawa dampak negatif bagi masyarakat. "Apapun ceritanya, kita harus tolak. Harus tolak semua itu," kata dia.
Diketahui, wolbachia merupakan salah satu inovasi untuk mengendalikan kasus demam berdarah dengue (DBD). Wolbachia itu disebut dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.
Ketika Aedes aegypti jantan ber-wolbachia kawin dengan Aedes aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok.