REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden (capres) Koalisi Perubahan Anies Baswedan mengaku dirinya tidak menggunakan buzzer saat memimpin Jakarta pada periode 2017-2022. Alih-alih mempromosikan politikus dan visi misinya, menurut Anies, budaya penggunaan buzzer dalam dunia politik justru bersifat merusak.
Hal itu disampaikan Anies saat menghadiri agenda 'Dialog Pers dan Capres dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)' di Gedung Dewan Pers, Jakarta Pusat, Jumat (1/12/2023). Dalam kesempatan itu, panelis Marthen Selamet Susanto menanyakan kepada Anies mengenai maraknya buzzer dalam ruang lingkup dunia politik.
Anies langsung menjawab pertanyaan tersebut dengan menyampaikan bahwa dirinya tidak menggunakan buzzer saat menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 yang lalu.
"Kalau kemarin pakai buzzer enggak babak belur kayak begini. Kan justru kami apa adanya, enggak pakai buzzer. Bahkan natural," kata Anies sambil tertawa kecil, Jumat (1/12/2023).
Sistem buzzer, menurut dia, merupakan mesin yang dahsyat untuk memutarbalikkan fakta. Secara pribadi dia berharap agar dengan caranya yang natural tanpa buzzer bisa menguak kenyataan atau fakta.
"Kami enggak pakai buzzer saat di Jakarta jadi kami merasa ke depan juga enggak akan dipakai. Menurut saya itu merusak, merusak sekali," ujar dia.
Anies berharap adanya dukungan dari berbagai pihak untuk mengawalnya, terutama media. Dia mengaku ingin kebebasan berpendapat terus terjadi, namun tidak kebablasan. Dia menekankan perlunya objektivitas dalam menyikapi isu-isu politik.
"Kami malah menemukan pribadi-pribadi objektif yang dulunya mengambil posisi mengkritik dan berseberangan kemudian mereka melihat kenyataan dan secara objektif menyampaikan apa adanya," tutur Anies.