Ahad 03 Dec 2023 18:13 WIB

Ketika Cinta Bertasbih di Humbold Berlin

Kang Abik membaca puisi-puisinya yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih.

Rep: Rumah Berkah/ Red: Partner
.
Foto: network /Rumah Berkah
.

Habiburrahman El Shirazy atau Kang Abik saat membacakan puisi pada acara Reading and Discussion: Love and Islam in The Work of Habiburrahman”, Jerman, Kamis, 30 November 2023. (Dok. Kang Abik)
Habiburrahman El Shirazy atau Kang Abik saat membacakan puisi pada acara Reading and Discussion: Love and Islam in The Work of Habiburrahman”, Jerman, Kamis, 30 November 2023. (Dok. Kang Abik)

CINTA BERTASBIH DI HUMBOLDT BERLIN

Di tengah turunannya salju di kota Berlin pada senja 30 November 2023 yang lalu, sastrawan dan novelis terkemuka Indonesia, Habiburrahman El Shirazy, tampak membacakan puisinya dan penggalan-penggalan novel Ketika Cinta Bertasbih (KCB) di kampus Humboldt-Universität zu Berlin.

Sastrawan yang mendapat julukan Si Tangan Emas dari Majalah Mata Air itu diundang oleh Institut für Afrika und Asienwissenschaften (Institut Studi Asia dan Afrika) Humboldt Universität, untuk menjadi pembicara tunggal dalam acara berjudul “Reading and Discussion: Love and Islam in The Work of Habiburrahman”.

Acara yang diinisiasi dan dikuratoriali oleh Esie Hanstein, Lektor Bahasa Indonesia di Humboldt University and Leipzig University itu disambut penuh antusias oleh mahasiswa lintas bangsa di Berlin. Yang menarik, acara itu juga dihadiri beberapa tokoh dan professor dari Humboldt dan Leipzig.

Dialog sastra dan budaya yang dikemas perpaduan antara performing art, pemutaran penggalan film Ketika Cinta Bertasbih, dan diskusi itu tampak dihadiri oleh Prof. Claudia Derichs, Guru Besar Transregional southeast Asian Studies, Humboldt University, Prof. Sebastian Maisel, Guru Besar Kajian Arab dan Islam dari Orientalisches Institut, Universitas Leipzig, Dr. Thoralf Heinstein, pakar manuskrip kuno di Staatsbibliothek zu Berlin, dan beberapa mahasiswa program doktor dari Humboldt dan Leipzig.

Prof. Claudia Derichs, Guru Besar Transregional southeast Asian Studies, Humboldt University. (Dok. Kang Abik)
Prof. Claudia Derichs, Guru Besar Transregional southeast Asian Studies, Humboldt University. (Dok. Kang Abik)

Esie Hanstein yang menjadi moderator acara itu begitu piawai menyusun dan menghidupkan suasana. Sepanjang acara, para peserta tampak begitu antusias mengikuti tak kurang dari dua jam jalannya acara.

Kang Abik – panggilan akrab – Habiburrahman El Shirazy, membuka dan menghentak audiens dengan puisinya yang berjudul “Wahai Pengembara Singgahkan Sejenak di Leipzig Ini” dan penggalan bab dari novel KCB berjudul “Lagu-lagu Cinta” yang menceritakan perjuangan mahasiswa Indonesia di Mesir bernama Azzam membuat Tempe untuk membiayai dirinya sendiri dan keluarganya di Indonesia. Setelah itu diputarkan cuplikan adegan film KCB yang menggambarkan narasi itu.

Selanjutnya Kang Abik membacakan penggalan bab “Meminang”, “Definisi Cinta” dan bab yang sangat mengharukan berjudul “Bertemu Ibu”. Suasana haru pertemuan Azzam dan ibunya setelah lebih dari sembilan tahun tidak bertemu itu tampak dirasakan juga oleh audiens. Penggalan-penggalan budaya dan suasana perkampungan khas Indonesia yang disusun oleh Esie Hanstein dalam potongan-potongan adegan film tampak tersaji dengan baik. Hal itu membuat rasa penasaran banyak hadirin.

Usai acara, Profesor Sebastian Maisel sempat mengungkapkan keterterikannya untuk melihat kampung yang digambarkan dalam penggalan film KCB tersebut kepada Alif Setiyadi, mahasiswa PhD Universitas Leipzig yang juga hadir di acara tersebut.

Pesan yang tertuang dalam novel dan film KCB tersampaikan dengan baik kepada hadirin sebab setiap kali Kang Abik usai membacakan penggalan novelnya, maka dilanjutkan dengan pembacaan terjemahan dalam bahasa Jermannya oleh mahasiswa Humboldt dibawah bimbingan Esie Hanstein.


“Satu bulan penuh, sebelum acara ini, kelas saya sepenuhnya adalah untuk Ketika Cinta Bertasbih. Mahasiswa sangat antusias. Mahasiswa saya selain dari Jerman sendiri, ada juga yang dari Rusia.” Terang Esie Hanstein.

Selanjutnya Esie menjelaskan bahwa maksud dan tujuan diadakannya acara ini adalah untuk memperkenalkan Bahasa dan Budaya Indonesia dengan cara lain yang "sedikit berbeda". Dengan mendatangkan tokoh-tokoh Indonesia yang mempunyai pengaruh terhadap setiap kebaikan dan kemajuan bangsa Indonesia di tengah-tengah kampus terkemuka di Jerman adalah salah satu bentuk strategi untuk lebih mengenalkan Indonesia.

Apalagi sejak tanggal 20 November 2023 yang lalu Bahasa Indonesia telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai bahasa Internasional ke-10 yang diakui sebagai bahasa komunikasi internasional oleh UNESCO-PBB. Bahasa yang digunakan secara aktif oleh 275 juta lebih umat manusia di Asia Tenggara ini sudah semestinya dipelajari di kampus-kampus terkemuka dunia, termasuk di Jerman. Dan Humb dan mencintai bahasanya.

Kang Abik.
Kang Abik.

Malam itu, melalui acara yang didukung oleh tiga lembaga di Humbolt University yaitu Prodi Pengajaran Bahasa Indonesia, Transregional southeast Asian Studies dibawah supervisi Prof. Cladia Derichs dan SIDIT- Secularity , Islam, and Democracy in Indonesia and Turkey yang diketuai oleh Dr. Saskia Schäfer, benar-benar membuat Humboldt diselimuti oleh cinta yang bertasbih.


Acara dialog tentang Cinta dan Islam dalam karya-karya Habiburrahman El Shirazy itu ditutup dengan pembacaan puisi berjudul “Paman Doblang” oleh Kang Abik, sebagai penghormatan kepada W.S. Rendra, lalu dilanjutkan menikmati hidangan malam bersama. (Syahruddin El Fikri/Rumah Berkah).

sumber : https://rumahberkah.republika.co.id/posts/249580/ketika-cinta-bertasbih-di-humbold-berlin
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement