REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Kementerian Pertahanan Korea Selatan (Korsel) mengatakan, Negeri Ginseng tersebut berhasil meluncurkan roket bahan bakar padat yang membawa satelit di atas perairan dekat Pulau Jeju. Pengumuman ini menunjukkan meningkatnya perlombaan senjata antariksa antarnegara Korea.
Ini ketiga kalinya Korsel berhasil menguji teknologi roketnya. Dua uji coba lainnya dilakukan pada Maret dan Desember 2022.
Pada Senin (4/12/2023), kementerian mengatakan peluncuran ini melibatkan teknologi yang dikembangkan Badan Pengembangan Pertahanan Korsel. Sementara pendorong dan satelitnya diproduksi perusahaan Korsel, Hanwha Systems.
Hanwha Systems mengatakan, satelit tersebut akan digunakan untuk tujuan sipil, termasuk pemantauan lingkungan. Perusahaan itu mengatakan, satelit berhasil mengirimkan sinyal ke pusat kendali di darat.
Kementerian memuji peluncuran tersebut sebagai pencapaian tonggak sejarah setelah Pyongyang meluncurkan satelit mata-mata militer pertamanya. Amerika Serikat dan sekutunya mengecam peluncuran satelit Korea Utara karena menggunakan teknologi rudal yang bertentangan dengan resolusi keamanan PBB.
Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan keberhasilan peluncuran ini akan memungkinkan Korsel mempercepat kemampuan pengawasan dan pengintaiannya. Roket SpaceX Falcon 9 membawa satelit mata-mata pertama Korsel ke orbit pada Jumat (1/12/2023) lalu dari Pangkalan Angkatan Antariksa Vandenberg di Kalifornia.
Korut mengecam apa yang disebutnya sebagai standar ganda Washington atas peluncuran satelit kedua Korsel. Pyongyang mengatakan standar Amerika yang kurang ajar tidak akan pernah ditoleransi.