Selasa 05 Dec 2023 09:43 WIB

Genosida di Palestina Bawa Kerugian Besar Bagi Pengusaha Israel

Tahun ini 57 ribu bisnis di Israel akan tutup, setelah 42 ribu bisnis tutup di 2022.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
Penduduk Palestina berdiri diantara gedung-gedung yang hancur karena serangan Israel di Jalur Gaza, Senin (4/12/2023).
Foto: AP Photo/Hatem Ali
Penduduk Palestina berdiri diantara gedung-gedung yang hancur karena serangan Israel di Jalur Gaza, Senin (4/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Genosida Israel di Palestina telah membuat pengusaha seperti Shlomi Tuskia berupaya keras untuk tetap bertahan. Ia mengatakan, bisnis tidak berjalan. "Pada dasarnya tidak ada bisnis," ujar pengusaha berusia 56 tahun itu, seperti dilansir Bloomberg, Selasa (5/12/2023). 

Perusahaannya yakni Elateva terletak di pusat Kota Rishon Letsiyon. Tuskia dan ribuan pemilik perusahaan kecil lainnya terdampak akibat penyesuaian drastis terhadap kondisi perang.

Baca Juga

Sekitar 300 ribu orang atau delapan persen dari angkatan kerja Israel pun dipanggil untuk bertugas di militer. Konstruksi dan pekerja lainnya dari Tepi Barat Palestina juga dilarang memasuki negara tersebut.

Jatuhnya pengeluaran masyarakat juga telah memukul keras bisnis rekreasi. Evakuasi massal dari daerah yang terkena dampak perang di utara dan selatan Israel turut mengganggu bisnis.

Israel menyebut jumlah korban jiwa dalam serangan 7 Oktober sekitar 1.200 orang, dan 240 orang disebutkan diculik oleh Hamas. Jumlah korban jiwa kemudian dikritisi oleh berbagai organisasi internasional yang menyebut korban Israel jatuh karena operasi militer Israel sendiri. Sementara korban jiwa di Palestina telah mencapai lebih 15.500.

Bagi Tuskia, dampak ekonominya langsung terasa. Dia telah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mempersiapkan salah satu waktu tersibuk dalam setahun yakni periode setelah hari raya Yahudi Rosh Hashanah, Yom Kippur, dan Sukkot.

Hanya saja dalam semalam, pemesanan dibatalkan, deposit harus dikembalikan, dan uang yang dihabiskan untuk persiapan tersebut hilang.

Dia terpaksa memecat satu-satunya karyawannya, dan meminta kontraktor bersiap menghadapi kegagalan yang bisa berlangsung berbulan-bulan. Sementara, ada seorang istri, tiga anak, dan seorang menantu laki-laki yang harus dinafkahi.

Tuskia kemudian mengajukan pinjaman ke bank guna menjaga bisnisnya tetap berjalan dan untuk biaya hidup. Hanya saja, dengan tingkat suku bunga tertinggi dalam 17 tahun dan kebutuhan terhadap rencana bisnis yang mahal, ia malah meminjam 250 ribu shekel atau 62 ribu dolar AS lebih murah dari Ogen.

Ogen merupakan sebuah organisasi yang didirikan pada 1990 sebagai Asosiasi Pinjaman Gratis Israel guna membantu kelompok kecil, perusahaan, organisasi nirlaba, dan individu.

“Pada 8 Oktober kami mengadakan rapat manajemen dan memahami bahwa Ogen akan menghadapi gelombang permintaan yang sangat besar,” kata CEO Ogen Sagi Balasha.

Menurutnya, dalam dua pekan orang-orang akan mulai berbicara tentang ekonomi dan krisis usaha kecil. Ogen biasanya meminjamkan sekitar 70 juta dolar AS per tahun, tetapi kini telah menerima permohonan senilai 58,2 juta dolar AS.

Mereka memperkirakan akan ada permintaan sebesar 364,8 juta dolar AS dalam bentuk pinjaman selama enam bulan ke depan. Meski itu adalah jumlah yang sangat kecil.

Hal itu, kata dia, semakin mengkhawatirkan. Itu karena, usaha kecil dan menengah menyumbang 62,3 persen dari total nilai tambah, lebih tinggi dari rata-rata kelompok negara-negara kaya OECD.

Tahun ini, 57 ribu bisnis di Israel akan tutup, dibandingkan dengan 42 ribu bisnis pada tahun 2022. Banyak di antara mereka yang dirugikan oleh kenaikan suku bunga, inflasi, dan gejolak politik selama berbulan-bulan akibat usulan perombakan sistem peradilan.

Data itu berdasarkan survei yang dilakukan oleh Coface BDI untuk The Marker, sebuah surat kabar bisnis harian. Perekonomian biasanya menambah 4.500 orang setiap tahunnya, namun tahun ini totalnya akan turun sebanyak 20 ribu orang, katanya.

Dengan latar belakang tersebut, lima bank terbesar di negara ini telah meningkatkan penyisihan kerugian kredit untuk usaha kecil hampir delapan kali lipat dibandingkan tahun lalu. Bank Hapoalim BM, yang merupakan bank dengan pendapatan terbesar, mengatakan dalam laporannya bahwa sejumlah industri mulai dari pariwisata hingga real estat menghadapi penurunan permintaan lebih lanjut dan kesulitan mempromosikan proyek.

Pemerintah, yang berada di bawah tekanan akibat perang yang memakan biaya sekitar 270 juta dolar AS per hari, telah merespons dengan menganggarkan 18 miliar shekel untuk hibah kelangsungan usaha pada Oktober dan November yang diajukan oleh 80 ribu perusahaan.  Mereka juga menawarkan tindakan sebagai penjamin pinjaman dalam beberapa kasus, dan pada hari Minggu, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich memperpanjang kompensasi hingga Desember.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement