REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar telinga hidung tenggorok bedah kepala leher di Rumah Sakit Dr Cipto Mangungkusumo dr Ika Dewi Mayangsari, SpTHT-BKL, SubspOnk(K), FICS, mengatakan, amandel membesar disertai demam dan gejala seperti nyeri menelan kemungkinannya akibat infeksi bukannya tumor. "Rasanya perih sampai tidak bisa makan karena radang amandel. Kemudian pembesaran di kelenjar di getah bening, saat dilihat amandel memerah dan membesar di kiri dan kanan, itu kemungkinan suatu infeksi atau tonsilitis," ujar dia dalam acara bertema 'Amandel Besar : Tumor atau Infeksi?' yang digelar daring, Selasa (5/12/2023).
Sementara pembesaran amandel akibat tumor, sambung Ika, biasanya hanya di salah satu sisi amandel yakni kiri atau kanan. Lalu, pembesaran ini tidak terjadi mendadak melainkan cenderung lambat misalnya dua pekan, satu bulan atau bahkan tiga bulan.
"Sebab kalau pembesarannya mendadak di satu sisi, adalagi penyakitnya, disertai demam, dan nyeri menelan, itu bisa disebut suatu abses. Kalau abses mungkin hitungan hari, dari yang biasa-biasa saja, dalam hitungan satu atau tiga hari sudah membesar salah satu sisi," jelas Ika.
Tanda lain amandel membesar akibat tumor yakni adanya perubahan suara. Ini terjadi akibat ukuran amandel semakin membesar hingga menutupi rongga tenggorok atau mulut. Suara yang dihasilkan bukan serak atau sengau melainkan seperti seseorang memakan kentang panas atau disebut hot potato voice.
"Yang terjadi kalau misalnya ada tumor itu seperti kita makan kentang panas. Bukannya serak atau sengau, tapi hot potato voice. Kalau sudah ada perubahan suara, kesulitan menelan, itu yang biasanya membuat pasien merasa ada sesuatu di tenggorokan," kata Ika.
Satu hal lagi yang membedakan amandel membesar akibat tumor yakni tak bisa sembuh dengan obat antiradang atau antibiotik seperti halnya akibat infeksi. Sebaliknya, benjolan atau amadel bahkan cenderung akan bertambah baik itu ukuran atau jumlahnya.