Kamis 18 Jan 2024 21:11 WIB

Dokter: Tak Semua Radang Amandel Perlu Operasi

Kasus radang amandel perlu dioperasi jika sudah parah dan menganggu keseharian.

Dokter memeriksa pasien yang mengalami radang amandel atau tonsitilis. Menurut dokter, tak semua kasus radang amandel perlu dioperasi.
Foto: Dok. Freepik
Dokter memeriksa pasien yang mengalami radang amandel atau tonsitilis. Menurut dokter, tak semua kasus radang amandel perlu dioperasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak semua kasus radang amandel atau tonsitilis perlu tindakan operasi. Menurut dokter spesialis ilmu kesehatan telinga Hidung Tenggorokan, Bedah Kepala dan Leher dr Arie Cahyono, Sp.THTBKL, Subsp.LF(K) menjelaskan kasus radang amandel perlu diperasi jika sudah parah dan mengganggu keseharian mereka.

“Pada kasus tonsilitis menjadi mutlak dilakukan operasi ketika tonsil membesar, sehingga menyebabkan kesulitan menelan pada pasien, mengganggu saat tidur, atau tumor,” kata dokter yang praktik di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo dalam sebuah diskusi yang diikuti secara daring pada Kamis (18/1/2024).

Baca Juga

Selain itu, kondisi radang amandel yang juga memerlukan tindakan operasi, antara lain berlangsung kronis (gejala terus muncul selama lebih dari 2 minggu), obat simptomatik dan antibiotik tidak efektif dalam mengatasi radang amandel akibat infeksi bakteri, kambuh terus menerus, hingga timbul komplikasi yang sulit ditangani. Untuk anak-anak, ada sejumlah pertimbangan saat melakukan operasi tonsilitis atau radang amandel. Misalnya, pada pasien anak-anak di bawah lima tahun daya tahan tubuhnya belum sebaik pasien anak-anak berusia 10 tahun ke atas, sehingga perlu dipastikan risiko kesehatan yang mungkin terjadi pada anak.

“Operasi ini hanya indikasi, tentu perlu dipertimbangkan risiko dan manfaatnya. Lihat juga kondisi umum pasien,” kata Arie.

Setelah operasi radang amandel, dokter akan memantau kondisi pasien selama kurang lebih enam jam di rumah sakit. Biasanya, pasien akan merasa nyeri saat menelan sesudah operasi dilakukan.

Arie kemudian menyarankan agar pasien dapat beristirahat penuh selama 3-7 hari pasca operasi dan memakan makanan lunak untuk meminimalisir rasa nyeri. Hindari makanan panas, keras, dan pedas selama proses pemulihan diri pasca operasi.

“Belum ada penelitiannya, tapi rata-rata pasien anak pemulihannya lebih cepat kalau kita ukur dari perkembangan kesehatannya. Namun, untuk laki-laki dewasa muda, recovery-nya relatif lebih lama,” kata Arie.

Arie juga menjelaskan tindakan operasi radang amandel juga bisa terjadi terhadap pasien, sama seperti tindakan operasi penyakit lainnya. Namun, dokter akan membantu meminimalisir risiko tersebut dengan sejumlah persiapan agar operasi berjalan lancar.

Terkadang, radang amandel juga disertai dengan pembesaran adenoid, yakni peradangan dan pembengkakan pada kelenjar di bagian belakang hidung (area nasofaring). Oleh sebab itu, dokter akan melakukan prosedur adenoidektomi untuk mengangkat kelenjar adenoid agar pembengkakan adenoid tidak kambuh kembali.

“Operasi pada anak di bawah tujuh tahun seringkali disertai dengan pembesaran adenoid. Jadi, biasanya dilakukan adenoidektomi agar kemungkinan adenoid membesar kembali berkurang,” kata dia.

Lebih lanjut Arie menjelaskan bahwa tonsil merupakan kelenjar yang terletak di rongga mulut untuk membentuk antibodi atau kekebalan. Karena letaknya ada di rongga mulut, maka (tonsil) rentan terkena infeksi.

Menurutnya, radang amandel dapat terjadi pada pasien semua umur, terlebih pada anak-anak. Radang amandel dapat terjadi akibat paparan virus, bakteri, atau daya tahan tubuh yang kurang baik.

Jika radang amandel disertai dengan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) karena virus, biasanya pengobatan akan dilakukan dengan pemberian obat simptomatik terlebih dulu. Obat simptomatik adalah jenis obat yang digunakan untuk mengatasi gejala umum pada suatu penyakit, seperti mual dan nyeri.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement