Senin 11 Dec 2023 04:56 WIB

Tiga Lembaga Berkolaborasi Melakukan Audit Sampah di Sungai Ciliwung

Dari audit ini, kita akan melihat, jenis sampah apa yang mendominasi badan Ciliwung.

Tiga lembaga melakukan audit sampah di Sungai Ciliwung dari hulur ke hilir di Bogor sampai Jakarta pada Ahad (10/12/2023).
Foto: Republika.co.id
Tiga lembaga melakukan audit sampah di Sungai Ciliwung dari hulur ke hilir di Bogor sampai Jakarta pada Ahad (10/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center for Sustainability and Waste Management Universitas Indonesia (CSWM UI), Komunitas Peduli Ciliwung (KPC), dan Net Zero Waste Management Consortium (NZWMC) berkolaborasi melakukan kegiatan partisipatif audit sampah Sungai Ciliwung pada Ahad (10/12/2023). Kegiatan itu dibantu ratusan relawan mahasiwa UI dan para pemangku kepentingan.

Kegiatan berlangsung di sepanjang aliran Sungai Ciliwung dari hulu di Kabupaten Bogor, melewati Kota Bogor, Kota Depok, hingga Jakarta. Para relawan mengambil sampel kuantitatif maupun kualitatif di enam titik dari hulu ke hilir, yang merepresentasikan segmentasi daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung.

Wakil Kepala CSWM UI, Adam Febriyanto menjelaskan, titik sampel merujuk Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 298 Tahun 2017. Adapun wilayahnyamencakup Jembatan Kedung Halang, aliran Sungai Ciliwung di wilayah Perumahan Gaperi, Jembatan Panus Depok, Pintu Air Manggarai, Kali PLTU Ancol, dan Kanal Banjir Barat di Mall Seasons City.

"Dengan kegiatan ini, kami ingin meningkatkan kepedulian masyarakat dan pemangku kepentingan Ciliwung, serta membantu Pemerintah dalam melakukan monitoring dan evaluasi kebijakan terhadap beban cemaran sampah di Ciliwung," jelas Adam dalam siaran pers di Jakarta, Ahad.

Adam yang bertugas di bagian hulu Kota Bogor menyampaikan, Sungai Ciliwung merupakan sumber air baku yang biasa digunakan untuk kebutuhan masyarakat. Seperti, untuk air minum, mencuci pakaian, hingga sumber mata pencaharian.

"Namun, Sungai Ciliwung sudah tercemar sampah, umumnya berupa kantong plastik, kemasan sachet, styrofoam, tekstil, kayu, logam, kaca, karet atau kulit, dan sampah jenis lainnya. Oleh karenanya, semua pihak terkait harus bahu-membahu untuk mengembalikan fungsi sungai, dan teringankan dari beban cemaran sampah," ucap Adam.

Dia memaparkan, dalam 14 hari kerja ke depan, tiga lembaga dibantu relawan akan melaporkan hasil pilahan, audit, dan rekomendasi berdasar metode  an kajian akademisnya kepada khalayak umum. Hasil pengambilan sampel sampah juga diberikan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Ketua Harian NZWMC, Amalia S Bendang, menjelaskan, Sungai Ciliwung telah menjadi bejana sampah yang unik. Sungai sepanjang 117 kilometer ini, diyakini sebagai potret dari tingkat pengetahuan, kesadaran, dan kepatuhan para pihak pada isu persampahan, terutama sampah industri ritel.

"Badan sungai menjadi indikator utama, bagaimana pengelolaan persampahan kita. Apakah kebijakan yang ditetapkan pemerintah benar tajam dan bernyali. Dari audit ini, kita akan melihat, jenis sampah apa yang mendominasi badan sungai, sampah jenis kemasan industri ritel apa dan siapa perusahaan industri yang dominan mencemari Ciliwung," katanya di Pintu Air Manggarai, .

Aktivis KPC Suparno Jumar menjelaskan, Sungai Ciliwung adalah milik bersama semua orang. "Karena itu sudah menjadi kewajiban kita semua untuk menjaga kebersihannya bersama supaya sungai ini tetap mendatangkan manfaat buat masyarakat, habitat yang hidup di dalamnya dan lingkungan yang terjaga secara berkelanjutan di Bogor, Depok, dan Jakarta," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement