Senin 11 Dec 2023 06:49 WIB

Rusia akan Alokasikan Sebagian Cadangan Emas untuk Dana Iklim Global

Rusia sebut akan membantu Global South dalam perangi perubahan iklim.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Perubahan iklim adalah pengganda risiko utama untuk konflik dan ketidakstabilan.
Foto: www.freepik.com
Perubahan iklim adalah pengganda risiko utama untuk konflik dan ketidakstabilan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pejabat Rusia mengatakan bahwa Moskow sedang mempelajari apakah beberapa cadangan emasnya, yang dibekukan oleh Barat setelah invasi besar-besaran ke Ukraina, dapat digunakan untuk membantu Global South dalam memerangi perubahan iklim.

Global South mengacu pada negara-negara di seluruh dunia yang kerap dideskripsikan sebagai negara berkembang, kurang berkembang, dan terbelakang.

Baca Juga

"Kami ingin mengumumkan bahwa Rusia sedang mempelajari kontribusi sukarela dari dana kerugian dan kerusakan dari cadangan emas nasional yang dibekukan, yang dipegang oleh organisasi-organisasi internasional," kata Ruslan Edelgeriyev, perwakilan iklim Rusia, di atas panggung utama di COP28, seperti dilansir Kyiv Independent, Senin (11/12/2023).

Rusia memiliki hubungan bersejarah dengan banyak negara di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah, yang biasa disebut sebagai negara Selatan atau Global South. Negara-negara Selatan menyalahkan negara-negara maju, terutama negara-negara Barat, karena gagal memberikan sumber daya yang cukup kepada mereka untuk memerangi perubahan iklim.

Washington dan Brussels telah membekukan 300 miliar dolar AS cadangan emas Rusia yang disimpan di institusi-institusi Barat. Beberapa pembuat kebijakan Barat ingin menggunakan dana tersebut untuk membantu membangun kembali Ukraina setelah perang, tetapi tidak ada preseden hukum yang ada.

Banyak negara di Global South menyalahkan Barat karena memobilisasi puluhan miliar dolar dalam bentuk bantuan keuangan untuk Ukraina, sementara permintaan bantuan mereka untuk memerangi perubahan iklim yang mematikan tidak mendapat perhatian yang sama.

Perubahan iklim adalah pengganda risiko utama untuk konflik dan ketidakstabilan. Peristiwa cuaca ekstrem seperti banjir dan gelombang panas telah menyebabkan perpindahan paksa lebih dari 20 juta orang setiap tahun sejak 2008.

Pada tahun 2050, lebih dari satu miliar orang mungkin tidak memiliki akses yang memadai terhadap air, dan lebih dari 200 juta orang mungkin terpaksa bermigrasi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement