Selasa 12 Dec 2023 01:31 WIB

Kurma Ini Ternyata Produk Israel, Catat Mereknya Agar tak Terkecoh

Sekitar 40 persen kurma Israel ditanam di tanah curian dari rakyat Palestina.

Rep: Adysha Citra Ramadani/Muhammad Nursyamsi/Rahayu Subekti/ Red: Qommarria Rostanti
Kurma (ilustrasi). Israel ternyata merupakan salah satu negara penghasil kurma terbesar di dunia. Ada beberapa merek kurma yang berasal dari negara tersebut.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Kurma (ilustrasi). Israel ternyata merupakan salah satu negara penghasil kurma terbesar di dunia. Ada beberapa merek kurma yang berasal dari negara tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mungkin masih banyak yang belum mengetahui bahwa Israel merupakan salah satu pengekspor kurma segar dan kering terbesar di dunia, dengan nilai ekspor mencapai sekitar 330,09 dolar AS pada 2022. Ironisnya, banyak dari kurma Israel yang ditanam di tanah Palestina yang mereka jajah.

Secara umum, Israel sebenarnya bukan produsen kurma yang besar. Menurut FAOSTAT, Israel hanya memproduksi sekitar 48.984 ton dari total 9.454.213 ton kurma di dunia pada 2020. Artinya, hanya sekitar 0,5 persen kurma di dunia yang tumbuh di Israel.

Baca Juga

Meski tak banyak memproduksi kurma sendiri, Israel mampu menjadi salah satu pengekspor kurma terbesar di dunia, seperti diungkapkan oleh Freshplaza melalui laman resminya. Posisi Israel sebagai pengekspor kurma hanya tersaingi oleh Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Irak, dan Iran.

"Di negara-negara penghasil kurma, sebagian besar (kurma yang mereka produksi) dikonsumsi sendiri secara lokal," ujar Freshplaza.

Jenis kurma yang paling banyak diekspor oleh Israel adalah kurma Medjool. Kurma Medjool yang diekspor oleh Israel umumnya tumbuh di area Jordan Valley dan beberapa area di sisi selatan Israel.

Melalui laman resminya, Palestine Campaign mengungkapkan bahwa Jordan Valley adalah area paling subur di West Bank atau Tepi Barat. Area ini pada dasarnya merupakan tanah milik warga Palestina. Akan tetapi, ada banyak praktik perkebunan ilegal yang dilakukan oleh Israel di area tersebut, termasuk perkebunan pohon kurma.

"Bila Anda membeli kurma Medjool yang tumbuh atau dikemas di Jordan Valley atau di Israel, Anda telah mendukung okupasi Israel di tanah Palestina secara ekonomi," kata Palestine Campaign, seperti dikutip dari laman pribadinya pada Senin (11/12/23).

Hal serupa juga diungkapkan oleh organisasi American Muslim for Palestine. Mereka mengungkapkan bahwa industri kurma Israel dibangun atas dasar pencurian.

"Setidaknya 40 persen kurma Israel ditanam di area pendudukan ilegal Israel, di tanah-tanah curian yang dirampas dari orang-orang Palestina," ujar American Muslim for Palestine melalui laman resminya.

Oleh karena itu, sejak 2011 American Muslim for Palestine menyerukan gerakan boikot produk kurma dari Israel. Menurut American Muslim for Palestine, ada belasan merek dan retailer yang perlu diboikot karena terafiliasi dengan Israel. Berikut ini mereknya, menurut American Muslim for Palestine:

1. Hadiklaim

2. Mehadrin

3. Delilah

4. Carmel Agrexco

5. Anna and Sara

6. Shah Co

7. Sincerely Nuts

8. Urban Platter

9. Star Dates

10. King Solomon

11. Food to Live

12. Navafresh

Hal lain yang perlu diperhatikan sebelum membeli produk kurma adalah label pada kemasan. Hindari membeli produk kurma yang memiliki label seperti "Made in Israel", "Made in the West Bank", atau "Made in the Jordan Valley". "Industri kurma Israel kerap menggunakan label-label samar untuk menutupi asal sebenarnya," ujar American Muslim for Palestine.

Organisasi BDS Australia juga menganjurkan agar label-label seperti ini diperhatikan, khususnya ketika membeli kurma jenis medjool. Selain itu, waspadai pula angka 729 pada barcode di kemasan kurma karena angka tersebut merupakan kode untuk Israel menurut BDS Australia.

"Jangan beli kurma campuran," kata BDS Australia.

BDS Australia juga memberikan beberapa merek dan perusahaan ekspor lain yang terafiliasi dengan Israel. Merek kurma tersebut adalah King Medjool, Medjool Plus, Jordan River, dan Bahri. 

Tak impor kurma Israel...lanjutkan membaca>>

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement