REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Stunting atau anak kerdil akibat kurang gizi masih menjadi persoalan besar yang mendesak untuk diselesaikan bersama.
Sebab, anak yang mengalami stunting nantinya akan tumbuh menjadi manusia dewasa yang produktivitasnya rendah, yang pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan ekonomi, dan semakin menimbulkan persoalan ketimpangan dan kemiskinan.
Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya hal ini di masa depan, pemberian intervensi terkait stunting harus tepat sasaran.
Sebagai informasi, tren penurunan angka prevalensi stunting di tanah air dari 2016 sampai 2021 rata-rata turun 1,6% per tahun dan dari 2021 sampai 2022 rata-rata turun 2,8% per tahun. Sehingga, pada 2022 angka prevalensi stunting di Indonesia menjadi 21,6%.
Untuk membantu pemerintah menurunkan angka stunting dan menaikkan kualitas kesehatan ibu dan anak, relawan capres-cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD menggelar kegiatan sosialisasi "Ibu Sehat Keluarga Kuat" di daerah Kapuk, Jakarta Barat, seperti dinukil pada Kamis (14/12/2023).
Kegiatan “Ibu Sehat Keluarga Kuat” ini merupakan salah satu program strategis dalam mendukung visi dan misi capres-cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD dalam upaya mempercepat membentuk manusia Indonesia unggul yang berkualitas, produktif dan berkepribadian. Salah satunya dengan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Untuk menyukseskan kegiatan ini, relawan mengundang Siti Atikoh Supriyanti, istri dari Ganjar Pranowo, capres nomor urut 3 untuk hadir memberikan pemahaman kepada masyarakat pentingnya memperhatikan kesehatan.
Dalam program ini, Atikoh memberikan pemahaman kepada ibu-ibu mengenai pentingnya masa tumbuh kembang anak pada 1000 hari pertama, dari awal masa kandungan sampai anak memasuki umur 2 tahun.
Kegiatan ini selain memberikan penyuluhan mengenai makanan yang bergizi juga akan ada pemeriksaan gratis bagi ibu hamil, ibu menyusui dan pemeriksaan berat badan anak.
"Ibu-ibu harus sehat. Karena ibu merupakan tulang punggung keluarga. Ibu yang menjaga keluarga. Terutama bagi ibu yang sedang hamil, itu harus sehat," papar Atikoh di depan ibu- ibu saat menghadiri acara kegiatan “Ibu Sehat Keluarga Kuat”.
Lebih lanjut, Atikoh mengatakan, bagi yang sedang hamil dan mempunyai anak balita harus memperhatikan asupan gizi terutama protein dan karbohidrat.
"Protein itu paling mudah didapat dari telur. Mudah didapat dan gampang diolah. Sementara untuk anak perempuan remaja juga harus diperhatikan, karena seringkali mengalami anemia. Intinya Ibu dan anak harus sehat," tambah Atikoh.
Menurut Atikoh, masa 100 hari kehamilan itu sangat krusial. Asupan gizi yang cukup bagi ibu dan janinnya akan menentukan masa depan anak yang lahir.
"Anak yang terlahir sehat, tidak mudah sakit dan akan cepat mengakses pengetahuan serta menjadi pandai dan cerdas. Nantinya anak ini akan menjadi generasi emas Indonesia di masa mendatang," ujar dia.
Program ini diikuti sekitar 1000 warga yang berada di sekitar wilayah Kapuk, Jakarta Barat. Seperti diketahui, data dari Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Barat, Kapuk merupakan kelurahan dengan tingkat kasus stunting tertinggi.
Lebih lanjut, Atikoh menyampaikan, untuk memastikan ketepatan sasaran bantuan stunting, pihaknya harus dapat memetakan kantong-kantong wilayah stunting, serta mengidentifikasi layanan yang masih kurang dan harus diperbaiki.
Atikoh berharap melalui program ini kesadaran masyarakat akan terbangun, dan akan hadir komunitas yang turut berpartisipasi dalam mempercepat penurunan stunting.
“Saya harapkan program ini terlaksana dengan tepat sasaran dan berkelanjutan, serta menginspirasi banyak pihak lain di wilayah Jakarta Barat untuk ikut berkontribusi nyata menurunkan angka stunting,” kata dia.
Program ini juga, kata Atikoh merupakan replikasi dari keberhasilan penurunan stunting yang sudah dilakukan Ganjar Pranowo di Provinsi Jawa Tengah. Ganjar Pranowo saat masih menjadi Gubernur Jawa Tengah diberikan penghargaan Satyalencana Wira Karya karena dianggap berjasa dalam menurunkan angka gizi buruk (stunting) di wilayah yang dipimpinnya.
Merujuk Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM), stunting di Jawa Tengah tahun 2018 sekitar 24,4 persen. Lalu turun pada 2019 menjadi 18,3 persen.
Pada tahun 2020 turun lagi 14,5 persen, Tahun 2021 menjadi 12,8 persen hingga pada tahun 2022 berada di angka 11,9 persen.
Ganjar mengatakan penurunan angka stunting tersebut berkat program yang ia gagas seperti "Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng" (5Ng)-"Jateng Semangat Menjaga Ibu Hamil", "Jo Kawin Bocah"-"Jangan Menikah Muda", "One Student One Client".
Jadi program 'Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng' itu memeriksakan sejak awal kehamilan terus memberikan asupan gizi yang baik, mengontrol terus-menerus, dan suaminya harus peduli. Sampai anaknya lahir diberi ASI eksklusif dan itu perhatian yang perlu dikontrol.