REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, mengatakan Bank Indonesia (BI) masih memiliki peluang untuk menurunkan suku bunga pada 2023. Namun, Andry menyebut hal tersebut memungkinkan jika didukung oleh beberapa hal.
Andry menuturkan, Indonesia masih akan menghadapi berbagai risiko ekonomi global. "Suku bunga AS tampaknya sudah mencapai puncaknya namun timing untuk penurunan suku bunga masih belum pasti," kata Andry dalam acara Media Gathering dan Presentasi Macroeconomic Outlook dari Tim Office of Chief Economist Bank Mandiri dan Mandiri Sekuritas, Selasa (19/12/2023).
Di sisi lain, Andry menyebut, perlambatan ekonomi China masih akan menjadi risiko. Khususnya, bagi perekonomian Indonesia mengingat China merupakan salah satu mitra dagang dan mitra investasi yang utama bagi Indonesia.
Meskipun begitu, Andry menuturkan apabila Federal Reserve menurunkan suku bunga AS lebih cepat maka akan berdampak kepada sentimen global. Dia mengatakan, sentimen global akan membaik dan potensi kembalinya aliran dana asing ke depan semakin terbuka.
"Sejalan dengan itu, Bank Indonesia memiliki peluang untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada 2024," ucap Andry.
Andry menegaskan, penurunan suku bunga akan berimbas positif pada perekonomian. Dia menuturkan, berdasarkan proyeksi Bank Mandiri, ekonomi Indonesia masih akan mencatat pertumbuhan yang sehat pada 5,04 persen pada 2023 dan 5,06 persen pada 2024.
"Hal ini sejalan dengan perkiraan IMF bahwa ekonomi Indonesia pada 2023 dan 2024 masih akan tumbuh pada kisaran lima persen," tutur Andry.
Dia menjelaskan, konsumsi dan aktivitas masyarakat domestik diperkirakan akan tetap solid. Dengan begitu dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 2024.
"Namun demikian ekonomi Indonesia masih akan menghadapi risiko dari perlambatan ekonomi global dan masih tingginya ketidakpastian selama periode penyelenggaraan pemilu nasional," ungkap Andry.