Rabu 08 Oct 2025 14:01 WIB

Cek Empat Perubahan Payudara yang Wajib Diwaspadai

Perubahan bentuk atau ukuran salah satu payudara masuk dalam ciri kanker payudara.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Komunitas Warriors, Survivors Kanker Payudara Lovepink menggelar parade kampanye  kanker payudara saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad (15/10/2023). Kegiatan tersebut digelar dalam rangka memperingati Bulan Kesadaran Kanker Payudara yang diperingati setiap Oktober sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kanker payudara dan deteksi dini untuk mencegah penyakit kanker payudara.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Komunitas Warriors, Survivors Kanker Payudara Lovepink menggelar parade kampanye kanker payudara saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad (15/10/2023). Kegiatan tersebut digelar dalam rangka memperingati Bulan Kesadaran Kanker Payudara yang diperingati setiap Oktober sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kanker payudara dan deteksi dini untuk mencegah penyakit kanker payudara.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Dokter spesialis bedah konsultan onkologi dari Eka Hospital, Sonar Soni Panigoro, mengingatkan setiap perubahan fisik pada payudara harus mendapat perhatian serius, karena bisa menjadi ciri-ciri awal kanker payudara. Ciri paling umum yang perlu diwaspadai adalah munculnya benjolan pada area payudara yang memiliki karakteristik tertentu.

Benjolan tersebut biasanya terasa keras saat diraba dan tidak hilang atau mengecil setelah masa menstruasi selesai. "Jangan menunggu rasa sakit muncul. Perubahan bentuk atau ukuran salah satu payudara juga masuk dalam ciri kanker payudara yang patut diwaspadai," kata Sonar di Tangerang, Banten, Selasa (7/10/2025).

Baca Juga

Ciri lain dari kanker payudara adalah perubahan kulit payudara menebal, mengerut, atau terlihat seperti kulit jeruk. Perubahan puting seperti tertarik ke dalam (retraksi) atau keluar cairan yang tidak normal, terutama jika berdarah.

"Bahkan ada juga kasus kemerahan atau pembengkakan yang tidak hilang. Ini bagian yang perlu diperhatikan pada masa kini," katanya.

Sonar mengatakan wanita memiliki risiko jauh lebih tinggi dan risiko meningkat seiring bertambahnya usia. Riwayat keluarga juga mempengaruhi, seperti ibu atau saudara perempuan yang menderita kanker payudara.

Selain itu memiliki gen tertentu, seperti BRCA1 dan BRCA2. Kemudian Riwayat reproduksi pertama pada usia sangat muda, menopause pada usia tua, atau belum pernah melahirkan.

"Gaya hidup seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi alkohol berlebihan juga masuk risiko kena kanker payudara," ujarnya.

Apabila seseorang mengalami kanker payudara, kata dia, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, seperti pembedahan atau operasi. Radioterapi menggunakan sinar radiasi untuk membunuh sel kanker yang tersisa setelah operasi.

Kemoterapi menggunakan obat untuk membunuh sel kanker di seluruh tubuh. Terapi hormon dan terapi target yakni pengobatan yang lebih spesifik berdasarkan karakteristik biologis sel kanker.

"Namun pendekatan pengobatan kanker payudara saat ini mengedepankan penerapan multidisiplin. Artinya, pasien ditangani bersama-sama oleh tim dokter dari berbagai spesialisasi merancang rencana perawatan yang paling efektif dan terpersonalisasi," katanya.

Ada beberapa langkah dini penanganan kanker payudara yakni SADARI atau periksa payudara sendiri, melalui pemeriksaan rutin yang dilakukan wanita setiap bulan setelah masa menstruasi selesai. Cara itu, ujarnya, membantu mengetahui tekstur normal payudara sehingga jika ada perubahan bisa langsung menyadarinya.

Sadarnis atau periksa payudara klinis melalui pemeriksaan payudara yang dibantu oleh tenaga kesehatan (dokter atau bidan) setidaknya satu tahun sekali. Mamogram dan USG payudara yakni metode pencitraan yang disarankan bagi wanita yang memiliki faktor risiko atau sudah mencapai usia tertentu biasanya di atas 40 tahun untuk mendeteksi benjolan yang belum bisa dirasakan melalui perabaan.

"Kesadaran adalah langkah pertama, dan tindakan adalah langkah berikutnya. Jangan biarkan ketakutan menunda deteksi. Jika menemukan benjolan atau memiliki faktor risiko, jadwalkan pemeriksaan segera," kata Sonar.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ameera Network (@ameeranetwork)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاَذَانٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖٓ اِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْاَكْبَرِ اَنَّ اللّٰهَ بَرِيْۤءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِيْنَ ەۙ وَرَسُوْلُهٗ ۗفَاِنْ تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ وَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوْٓا اَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِى اللّٰهِ ۗوَبَشِّرِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِعَذَابٍ اَلِيْمٍۙ
Dan satu maklumat (pemberitahuan) dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih,

(QS. At-Taubah ayat 3)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement