REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, mata uang rupiah bergerak sideways atau mendatar di awal perdagangan Kamis (21/12/2023), menjelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) hari ini.
"Rupiah diperdagangkan sideways menjelang rapat terakhir Bank Indonesia tahun 2023 hari ini," kata Josua di Jakarta.
Josua memperkirakan Bank Indonesia akan terus mempertahankan suku bunga kebijakan pada level enam persen di tengah sikap Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang relatif dovish pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) terbaru. Hal itu juga mempertimbangkan kondisi bahwa surplus perdagangan Indonesia berlanjut, dan inflasi domestik terkendali. Surplus neraca perdagangan Indonesia pada November 2023 sebesar 2,41 miliar dolar AS, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada Oktober 2023 sebesar 3,47 miliar dolar AS.
Inflasi pada November 2023 tetap terjaga dalam kisaran sasaran tiga plus minus satu persen. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) November 2023 tercatat sebesar 0,38 persen secara month to month (mtm), sehingga secara tahunan menjadi 2,86 persen year on year (yoy).
Ia memproyeksikan nilai tukar rupiah berpotensi berada di rentang Rp 15.450 per dolar AS hingga Rp 15.550 per dolar AS. Selain itu, ia mengatakan imbal hasil (yield) obligasi Pemerintah Indonesia juga mendatar karena tren sideways rupiah terus berlanjut.
Volume perdagangan obligasi pemerintah membukukan Rp 14,18 triliun, lebih rendah dibandingkan volume perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp 15,15 triliun. Kepemilikan asing pada obligasi Indonesia naik Rp 2,37 triliun menjadi Rp 843 triliun (14,98 persen dari total beredar) pada 19 Desember 2023.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi menurun sembilan poin atau 0,06 persen menjadi Rp 15.520 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.511 per dolar AS.