REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan mengkritik pengesahan resolusi oleh Dewan Keamanan PBB yang berisi seruan percepatan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Erdan menilai resolusi tersebut pada dasarnya tidak diperlukan.
“Fokus PBB hanya pada mekanisme bantuan ke Gaza tidak diperlukan dan tidak sesuai dengan kenyataan – Israel sudah mengizinkan pengiriman bantuan dalam skala yang diperlukan. PBB seharusnya fokus pada krisis kemanusiaan yang dialami para sandera (yang ditahan Hamas),” kata Erdan, Jumat (22/12/2023), dikutip laman Al Arabiya.
Erdan juga berterima kasih kepada Amerika Serikat (AS) atas dukungan kuatnya terhadap Israel selama perundingan resolusi tersebut. Menurutnya, dukungan AS menjaga otoritas keamanan Israel untuk memeriksa konvoi bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza.
Sementara itu Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit mengatakan, resolusi tentang pengiriman bantuan kemanusiaan yang diadopsi Dewan Keamanan PBB terlambat. Selain itu, dia menilai resolusi tersebut pun masih jauh dari apa yang diharapkan, yakni gencatan senjata total.
“Resolusi 2272 yang diadopsi kemarin, Jumat, merupakan upaya untuk mencegah kelaparan di Jalur Gaza dan menyelamatkan masyarakat, terutama perempuan dan anak-anak, dari situasi bencana. Namun resolusi itu tidak cukup untuk menghentikan mesin perang Israel, apalagi resolusi tidak mencakup gencatan senjata,” kata Aboul Gheit dalam sebuah pernyataan, dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA, Sabtu (23/12/2023).
Dia mengungkapkan Resolusi 2272 diadopsi setelah adanya beberapa kali penundaan atas permintaan Israel. Aboul Gheit menekankan, yang dibutuhkan penduduk Gaza bukan hanya bantuan kemanusiaan, tapi juga perlindungan dari gempuran dan pengeboman terus menerus oleh Israel.
“Setiap langkah untuk meringankan penderitaan warga sipil di Gaza berada pada arah yang benar, namun mengatasi bencana kemanusiaan tidak dapat dicapai melalui tindakan parsial atau paliatif untuk meredam kemarahan opini publik dunia atas apa yang terjadi di Gaza,” ucap Aboul Gheit.
Aboul Gheit menegaskan, menolak gencatan senjata segera sama saja dengan mengizinkan pembunuhan terus berlangsung di Gaza. Dia mengatakan, negara-negara Arab akan terus berusaha untuk menghentikan pertempuran di Gaza.
Pada Jumat lalu, Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi tentang percepatan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. Dari 15 negara anggota Dewan Keamanan, sebanyak 13 negara mendukung rancangan resolusi tersebut. Dua negara lainnya, yakni AS dan Rusia memilih abstain.
Namun dalam resolusi tersebut tak ada seruan tentang gencatan senjata atau penghentian pertempuran antara Hamas dan Israel. Hingga saat ini Israel masih menggempur Gaza. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, perang di Gaza akan terus dilanjutkan hingga Hamas berhasil ditumpas. Agresi Israel ke Gaza telah memakan lebih dari 20 ribu korban jiwa. Sementara korban luka melampaui 56 ribu orang.