Senin 25 Dec 2023 09:25 WIB

Pabrik Sarung Tangan di Sleman, Langganan Produksi Sarung Tangan Merek Ternama

Kapasitas produksi mencapai lebih dari satu juta pieces per bulan.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
PT Sport Glove Indonesia di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, produksi sarung tangan langganan merek terkenal dunia. Salah satu perusahaan yang dibiayai program Penugasan Khusus Ekspor oleh LPEI.
Foto: Republika/Idealisa Masyrafina
PT Sport Glove Indonesia di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, produksi sarung tangan langganan merek terkenal dunia. Salah satu perusahaan yang dibiayai program Penugasan Khusus Ekspor oleh LPEI.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN - Produk buatan Indonesia tidak perlu diragukan lagi kualitasnya, bahkan hingga menjadi langganan merek terkenal dunia. Salah satu produk yang sudah mencapai pasar mancanegara yakni sarung tangan yang diproduksi PT Sport Glove Indonesia di Kabupaten Sleman, DIY.

CFO Sport Glove Indonesia, Eka Noor Asmara menjelaskan, perusahaan berfokus pada produksi sarung tangan kulit untuk kebutuhan olahraga, industri, dan militer, dengan kemampuan produksi hingga 13 juta pcs per tahun. Seluruh produksi mereka, sebanyak 100 persen, diarahkan untuk pasar ekspor.

"Kapasitas produksi kami mencapai lebih dari satu juta pieces per bulan, dengan sales value mencapai sekitar 2,4 juta hingga 2,6 juta dolar AS per bulan," ujar Eka Noor dalam acara kunjungan media gathering ke PT SGI.

Ekspansi pasar telah dilakukan ke Amerika Serikat, Republik Ceko, Inggris, Jepang, Prancis, Kanada, dan Jerman. Perusahaan yang telah berusia 32 tahun ini menjadi satu-satunya produsen untuk sarung tangan golf merek Wilson asal AS.

PT SGI juga memproduksi sarung tangan untuk merek Nike/JR286 (AS), KGD - Carhartt (AS), Youngstown (AS), Hexarmor (USA), MCR Safety (AS), PIP (AS), Holik (Republik Ceko), United Sport Brand (AS), Fox Racing (AS), Pyramex (AS), Klein Tools (AS), Majestic (AS), dan Rostaing (Prancis).

Menurut Eka, produk buatan PT SGI merupakan produk segmen premium atau tier 1 yang tidak hanya menekankan kualitas produk, tapi comply dengan standar merek-merek mereka. Misalnya standar dalam proses bisnis, aspek pengelolaan keuangan, dan hak asasi manusia (HAM).

"Strategi kami produk kami sustainable, the best comply dengan standar mereka dan termurah di antara perusahaan yang setara (peers) kita," kata Eka.

PT SGI tidak hanya berkontribusi dalam hal ekspor, tetapi juga dalam menciptakan lapangan kerja dengan menyerap 2.842 karyawan dan 78 persen di antaranya perempuan. Perusahaan ini juga menjalin kerja sama dengan supplier lokal untuk memastikan pasokan bahan baku produksi.

PT Sport Glove Indonesia mendapat dukungan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) melalui program Penugasan Khusus Ekspor (PKE) Trade Finance. Program ini bertujuan untuk memudahkan para pelaku usaha dalam melakukan transaksi perdagangan internasional serta memberikan perlindungan terhadap risiko perdagangan yang mungkin terjadi.

PKE Trade Finance merupakan penugasan yang diberikan pemerintah melalui Kementerian Keuangan RI kepada LPEI berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI No. 494/KMK.08/2022 tentang Penugasan Khusus Trade Finance (PKE TFC) kepada LPEI.

Eka mengungkapkan, pembiayaan PKE yang didapatkan oleh PT SGI adalah modal kerja senilai 1,5 juta dolar AS dan Rp 15 miliar untuk modernisasi mesin dan renovasi bangunan pabrik.

"Pada 2021 kami mendapatkan Rp 10 miliar untuk modernisasi mesin, kemudian modal kerja senilai 1,5 juta dolar AS dan tambahan Rp 5 miliar pada2022 untuk peningkatan kualifikasi gedung supaya comply dengan standar dan regulasi," jelas Eka.

Untuk 2024, PT SGI berencana akan membeli mesin baru yang dapat meningkatkan efisiensi perusahaan. Saat ini mesin coating yang telah dimiliki telah terbukti berhasil meningkatkan efisiensi sebesar 10,44 persen.

"Kami berharap dapat bantuan dana lagi dari LPEI untuk modernisasi mesin. Satu mesin itu setara dengan 34 tenaga kerja, dan kami maunya lima mesin, baru punya satu," jelasnya.

Secara terpisah, Kepala Divisi Penugasan Khusus Ekspor LPEI Wahyu Bagus Yuliantok menjelaskan sampai 2023, total dana PKE sebesar Rp 8,7 triliun telah dialokasikan untuk tujuh program yang saat ini masih berjalan. Yaitu program PKE kawasan Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan, PKE UKM, PKE Trade Finance.

Kemudian, PKE Alat Transportasi, PKE Industri Farmasi dan Alat Kesehatan, PKE Pariwisata KEK Mandalika, dan PKE Destinasi Pariwisata Superprioritas.

"Program PKE tersebut juga dapat mendukung peningkatan kapasitas pelaku UMKM berorientasi ekspor agar tetap bersaing di pasar internasional dan menjadi bagian dari rantai pasok global (global value chain)," kata Bagus.

Hingga 30 November 2023, total akumulasi disbursement PKE telah mencapai Rp 12,96 triliun, untuk mendukung ekspor lebih dari 80 produk ke lebih dari 100 negara tujuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement