REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berat badan termasuk topik yang sensitif untuk dibahas bagi sebagian orang. Ada kalanya kita tidak bermaksud melakukan body shaming, namun sekadar mengkhawatirkan berat badan teman atau anggota keluarga yang agaknya mulai masuk kategori tak sehat.
Menyampaikan kekhawatiran itu perlu dilakukan dengan berhati-hati. Memang benar bahwa menurut studi indeks massa tubuh (BMI) yang tinggi dikaitkan dengan risiko lebih besar mengidap diabetes tipe tua, penyakit jantung, dan kanker, serta kualitas hidup yang rendah.
Akan tetapi, menyampaikan fakta-fakta itu secara salah justru tidak akan membantu, malah menyakiti hati orang terkasih. Bagaimana cara yang lebih santun untuk mengatakan kepada orang yang Anda sayangi bahwa berat badannya mulai mencemaskan?
Seorang psikolog dari NYU Langone Health di New York City, Amerika Serikat, Ariela Vasserman, menyarankan pendekatan yang bisa dicoba terkait hal itu. Jika berhasil dilakukan, pesannya akan sampai tanpa perlu menyakiti perasaan orang yang disayangi.
"Waktu dan empati adalah dua faktor kunci ketika mencoba melakukan percakapan," ujar Vasserman, dikutip dari laman Everyday Health, Ahad (24/12/2023).
Yang penting bukan hanya apa yang dikatakan, tetapi juga bagaimana mengatakannya. Cari waktu yang santai, ketika orang yang hendak diingatkan memiliki suasana hati yang baik. Sangat tidak disarankan memberi "anjuran" soal berat badan jika seseorang sedang mengalami masa sulit, misalnya setelah perceraian atau kegagalan.
Hindari percakapan apa pun tentang kesehatan dan berat badan jika Anda atau orang yang terkasih berada dalam kondisi rentan secara emosional, seperti saat bertengkar. Selain itu, lakukan hanya berdua, jangan membahasnya di depan orang lain sebab bisa memalukan.
Menurut Vasserman, orang yang berkutat dengan berat badan tak sehat sebenarnya sudah mengetahui masalah apa yang dia miliki, namun hanya butuh dukungan. Bersikaplah proaktif dengan mencoba menawarkan bantuan.
"Menanyakan bagaimana Anda bisa membantu atau mendukung mereka dapat membuka percakapan yang bermanfaat, dibandingkan memberikan saran konkret tentang cara menurunkan berat badan," kata Vasserman.
Psikolog klinis Kasey Goodpaster menyarankan meminta izin terlebih dahulu untuk mendiskusikan topik mengenai berat badan. Jika orang yang disasar tidak ingin membicarakannya, maka hormati keputusan tersebut dan tak perlu membahasnya lagi.
Direktur layanan perilaku di Institut Bariatrik dan Metabolik Cleveland Clinic di Ohio itu merekomendasikan untuk menunggu sampai orang tersebut yang membahasnya terlebih dahulu dan sampaikan bahwa Anda akan selalu mendukungnya, apa pun yang terjadi. Saat orang itu "curhat", dengarkan, tunjukkan empati, dan validasi perasaannya, jangan "sok" memberikan solusi.
Hindari kata-kata yang menghakimi seperti "kamu seharusnya demikian", bahkan tak perlu memberi nasihat seperti mengurangi porsi makan. Sebab, nasihat seperti itu mengesankan bahwa pengelolaan berat badan itu mudah, padahal sebenarnya sangat sulit dan rumit.
Saran lain, sampaikan bahwa kekhawatiran Anda adalah karena Anda peduli. Kirimkan pesan bahwa di balik ucapan yang mengingatkan itu, ada rasa cinta, dan bukan kritik. Bisa juga berbagi perspektif dengan cara menyoroti riwayat kesehatan keluarga.
Perlu diingat bahwa perubahan yang bertahan lama tidak akan pernah terjadi karena tekanan atau rasa bersalah. Orang tersebut perlu memiliki motivasi diri untuk menurunkan berat badan agar dapat terlibat dalam banyak perubahan perilaku dalam jangka panjang.
Selain itu, daripada berfokus hanya pada orang tertentu yang memiliki berat badan berlebih, ada baiknya melakukan perubahan perilaku sehat bersama-sama. "Misalnya, seluruh keluarga mungkin membantu berbelanja bahan makanan dan menyiapkan makanan, berjalan-jalan bersama, atau melakukan aktivitas fisik menyenangkan lainnya," ungkap Goodpaster.