Dalam beberapa hari kedepan, akan terjadi pergantian tahun Masehi dari 31 Desember 2023 menjadi 1 Januari 2024. Di momen malam pergantian tahun, biasanya masyarakat yang juga umat Islam ikut merayakannya dengan caranya masing-masing.
Ketua Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PDPAB) Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Masyhuril Khamis menyampaikan pesan-pesan kepada umat Islam yang akan menghadapi momen pergantian tahun atau tahun baru. Ia menjelaskan, sebenarnya hitungan 12 bulan sudah ada sejak Allah ciptakan langit dan bumi, baik bulan Masehi ataupun bulan Hijriyah.
"Yang datangnya dari Nasrani hanya terkait penetapan bulan Januari sebagai bulan pertama, dihitung dari lahirnya Nabi Isa (sesuai keyakinan orang Nasrani)," kata Kiai Masyhuril kepada Republika, Selasa (26/12/2023)
Ia mengatakan, begitu juga penetapan awal tahun Hijriyah dimulai dari bulan Muharram. Ini ditetapkan oleh Umar bin Khattab, karena kemuliaan bulan Muharram sebagai bulan Allah SWT.
Adapun hijrah Nabi Muhammad SAW adalah bulan Rabiul Awal. Tahun Hijriyah dihitung sejak tahun tibanya Rasulullah SAW di Madinah, bukan bulan tibanya di Madinah.
"Jadi jika kita ingin memaknai pergantian tahun sebagai upaya muhasabah tentu sangat baik sekali, karenanya perlu diisi dengan hal hal yang produktif, diskusi, bersilaturahmi dengan keluarga sambil menyiapkan planning kerja terbaik pada tahun depan, itu yang mesti dilakukan," ujar Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah ini.
Kiai Masyhuril menambahkan, seorang ayah misalnya mengajak keluarganya berdiskusi tentang program kebaikan dan peningkatan keluarganya di tahun depan. Sambil melakukan koreksi kekurangan pada tahun sebelumnya, sehingga muncul ide kreatif untuk kemajuan keluarganya.
"Ini yang ingin kita sampaikan pada setiap keluarga agar pergantian tahun lebih bermakna dan ini jauh lebih baik dari mengisi pergantian tahun dengan hura hura, kembang api, apalagi masuk pada hal kemaksiatan, pacaran, minuman memabukkan," jelas Kiai Masyhuril.