Selasa 02 Jan 2024 13:10 WIB

BPS Catat Inflasi Desember 0,41 Persen, Tertinggi Sepanjang 2023

Komoditas penyumbang inflasi di antaranya cabai merah, bawang merah, dan beras.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Pedagang beraktivitas di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (16/12/2023). Jelang Natal dan Tahun Baru 2024, Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKPPI) memprediksi harga pangan mengalami kenaikan hingga 75 persen, hal tersebut dipicu oleh meningkatnya permintaan beberapa komoditas pangan namun jumlah produksi berkurang. Sementara, saat ini sejumlah harga pangan di Pasar Induk Kramat Jati masih cenderung stabil seperti bawang merah Rp30.000 per kilogram, cabai merah Rp80.000 per kilogram dan  cabai rawit merah Rp75.000.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pedagang beraktivitas di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (16/12/2023). Jelang Natal dan Tahun Baru 2024, Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKPPI) memprediksi harga pangan mengalami kenaikan hingga 75 persen, hal tersebut dipicu oleh meningkatnya permintaan beberapa komoditas pangan namun jumlah produksi berkurang. Sementara, saat ini sejumlah harga pangan di Pasar Induk Kramat Jati masih cenderung stabil seperti bawang merah Rp30.000 per kilogram, cabai merah Rp80.000 per kilogram dan cabai rawit merah Rp75.000.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia mengalami inflasi 0,41 persen pada Desember 2023 jika dibandingkan Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan sebelumnya (month to month/mtm). Sementara, inflasi tahun ke tahun mencapai 2,61 persen (year on year/yoy) dan inflasi tahun kalender 2, 61 persen (year to date/ytd).

"Terjadi peningkatan IHK dari 116,08 pada November 2023 menjadi 116,56 pada Desember 2023," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Selasa. (2/1/2024).

Baca Juga

Amalia menyampaikan kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar ialah makanan, minum, dan tembakau sebesar 0,29 persen. Amalia menyebutkan komoditas utama penumpang inflasi meliputi cabai merah dengan andil inflasi 0,06 persen, bawang merah dengan 0,04 persen, tomat sebesar 0,03 persen, cabai rawit, beras, dan telur ayam ras dengan andil inflasi sebesar 0,02 persen.

Selain makanan, minuman, dan tembakau, Amalia menyampaikan sejumlah komoditas lain yang menyumbang andil signifikan secara bulanan seperti tarif angkutan udara dengan 0,05 persen, emas perhiasan sebesar 0,02 persen, rekreasi dengan 0,01 persen.

Amalia melanjutkan 85 dari 90 kota IHK mengalami inflasi dengan 33 kota di antaranya mengalami inflasi lebih tinggi dari inflasi nasional. Amalia menyampaikan terdapat lima kota yang mengalami deflasi dan seluruhnya berada di Pulau Sumatera. 

"Inflasi tertinggi di Sumatera ialah Kota Medan dengan 0,60 persen dan deflasi terdapat ialah Meulaboh dengan 0,67 persen yang menjadi deflasi terdalam di Indonesia," ucap Amalia.

Amalia memerinci inflasi tertinggi di Pulau Jawa ialah Sumenep dengan 0,71 persen dan inflasi terdalam ialah Kudus dengan 0,15 persen. Inflasi tertinggi di Pulau Sumatera ialah Kota Pontianak dengan 0,66 persen dan inflasi terdalam ialah 0,12 untuk Banjarmasin.

Inflasi tertinggi untuk wilayah Bali Nusra ialah Maumere dengan 0,61 persen dan inflasi terdalam ialah Mataram dengan 0,29 persen. Inflasi tertinggi di Maluku Papua ialah Kota Ternate dengan 1,64 persen dan inflasi terdalam dengan Kota Sorong sebesar 0,23 persen. Inflasi tertinggi Pulau Sulawesi ialah Gorontalo sebesar 1,32 persen dan inflasi terdalam dengan Palu sebesar 0,13 persen. 

"Inflasi tertinggi di Kota Ternate sebesar 1,64 persen didorong komoditas penyumbang inflasi seperti ikan segar (0,58 persen), cabai rawit (0,33 persen), cabai merah (0,24 persen), bawang merah (0,13 persen), tomat (0,11 persen), tarif angkutan udara (0,03)," sambung Amalia.

Amalia mengatakan inflasi Desember 2023 dipengaruhi berbagai faktor. Salah satunya komponen harga diatur pemerintah yang mengalami inflasi sebesar 0,39 persen dengan andil inflasi sebesar 0,07 persen seperti tarif angkutan udara, rokok putih, dan rokok kretek filter.

Faktor lain, lanjut Amalia, ialah komponen harga bergejolak yang mengalami inflasi sebesar 1,42 persen dengan andil inflasi sebesar 0,25 persen. Dengan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi meliputi cabai merah, tomat, beras, cabai rawit, telur ayam ras, minyak goreng, dan bawang putih. 

"Inflasi komponen inti alami inflasi sebesar 0,14 persen dengan andil inflasi sebesar 0,09 persen. Komoditas yang memiliki andil ialah emas perhiasan, gula pasir, dan rekreasi," kata Amalia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement