REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Canberra mengapresiasi peran baik cabang maupun ranting istimewa Muhammadiyah di Australia dalam penguatan hubungan bilateral Indonesia dan Australia.
"Cabang maupun Ranting Istimewa Muhammadiyah di Australia dapat memainkan peran penting dalam mempererat hubungan Indonesia-Australia," kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra Mukhamad Najib saat membuka kegiatan Baitul Arqom Muhammadiyah di Sydney, Sabtu (30/12/2023), sebagaimana rilis pers yang diterima di Jakarta, Selasa (2/1/2023).
Najib menilai kehadiran Muhammadiyah Australian College (MAC) di Australia telah membantu pemerintah RI dalam menjelaskan wajah Islam Indonesia yang ramah, moderat dan berkemajuan kepada masyarakat Australia.
Sekolah Muhammadiyah di Australia juga, menurut dia, dapat menjadi jembatan budaya antara masyarakat kedua negara.
Dalam sambutannya Najib mengapresiasi upaya Muhammadiyah untuk menyebarluaskan pemahaman tentang Islam di luar negeri, termasuk di Australia, yang menurutnya memiliki latar belakang budaya yang beragam. Namun demikian, Najib menyinggung hasil riset yang menemukan bahwa sebagian penduduk Australia merasa tidak terlalu dekat secara kultural dengan masyarakat Indonesia.
Sebaliknya, perasaan dekat dengan masyarakat Amerika dan atau Eropa lebih kuat. Hal itu, kata dia, berbanding terbalik dengan fakta kedekatan G-to-G antara Australia dan Indonesia. Najib mengatakan pada level pimpinan negara, hubungan antara Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Anthony Albanese sangat baik. Kedekatan itu, kata dia, terbukti dari kunjungan bilateral pertama yang dilakukan Albanese setelah dilantik, yaitu ke Indonesia.
Untuk itu, ia menilai persepsi masyarakat Australia yang masih belum sepenuhnya merasa dekat dengan Indonesia perlu menjadi cermin pentingnya mengenalkan Indonesia dari aspek masyarakat dan budaya secara utuh dan terus menerus.
"Berdirinya Muhammadiyah Australian College (MAC) dapat menjadi sarana strategis dalam mengenalkan Indonesia dan wajah muslim Indonesia yang ramah, moderat dan berkemajuan kepada masyarakat Australia melalui pendidikan," kata Najib.
Najib juga menekankan keberadaan MAC di Melbourne perlu diperluas ke negara bagian lain, termasuk New South Wales. Pendirian amal usaha Muhammadiyah di Australia, baik pendidikan, kesehatan maupun sosial, relevan dengan upaya untuk menyebarluaskan pemahaman Muhammadiyah tentang Islam di luar negeri, sebagaimana tema kegiatan Baitul Arqom Kedua di Sydney tersebut.
Sejalan dengan hal itu, Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Australia Hamim Jufri menilai bahwa kehadiran MAC di Melbourne merupakan wujud diplomasi kebudayaan dan upaya membangun kepercayaan masyarakat Australia terhadap Indonesia.
"Tentu, MAC ini menjadi uji nyali dan skills bagaimana pendidikan berkemajuan, modern, dan Islami itu dikelola sesuai dengan standard pendidikan di Australia," kata dia.
Sementara itu, Ketua Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bachtiar Dwi Kurniawan menilai peserta Baitul Arqom di Sydney adalah kalangan diaspora Indonesia di Australia.
Oleh karena itu, pikiran, inspirasi dan pengalaman hidup di Australia yang multikultural harus digali secara partisipatif melalui Baitul Arqom tersebut sehingga dapat memberdayakan potensi peserta dan bermanfaat untuk kaderisasi dan visi kepemimpinan Muhammadiyah di masa kini dan masa depan.