Kamis 04 Jan 2024 13:28 WIB

Update Merapi: Belasan Kali Guguran Lava dan Ratusan Kali Alami Gempa

Dalam 24 jam terakhir tercatat lebih dari 100 kali terjadi kegempaan di Merapi

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Guguran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Turi, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (12/12/2023). Menurut data BPPTKG periode pengamatan 11 Desember 2023 pukul 00.00-24.00 WIB telah terjadi 24 kali guguran lava dengan jarak luncuran maksimal 1.900 meter ke Kali Bebeng dan tiga kali guguran lava dengan jarak luncur 1.000 meter ke arah Kali Boyong, tingkat aktivitas Gunung Merapi Siaga (level III).
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Guguran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Turi, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (12/12/2023). Menurut data BPPTKG periode pengamatan 11 Desember 2023 pukul 00.00-24.00 WIB telah terjadi 24 kali guguran lava dengan jarak luncuran maksimal 1.900 meter ke Kali Bebeng dan tiga kali guguran lava dengan jarak luncur 1.000 meter ke arah Kali Boyong, tingkat aktivitas Gunung Merapi Siaga (level III).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gunung Merapi mengeluarkan belasan kali guguran lava dalam 24 jam terakhir. Saat ini, Merapi masih berstatus siaga atau level 3.

Berdasarkan pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), tercatat 19 kali guguran lava. Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan, belasan kali guguran lava tersebut mengarah ke Kali Bebeng dengan jarak luncur maksimum 1.400 meter.

"Suara guguran satu kali dengan intensitas kecil terdengar dari Pos Babadan," kata Agus, Kamis (4/1/2024). Tidak hanya itu, intensitas kegempaan Merapi juga masih cukup tinggi. Dalam 24 jam terakhir tercatat lebih dari 100 kali terjadi kegempaan di Merapi.

BPPTKG mencatat bahwa terjadi 94 kali gempa Guguran, 13 kali gempa Fase Banyak, dan satu kali gempa Tektonik Jauh. Sedangkan, untuk laju deformasi tercatat adanya pemendekan jarak tunjam.

"Laju rata-rata deformasi EDM Babadan sebesar 0,03 centimeter per hari (dalam empat jam terakhir)," ucap Agus.

Untuk itu, BPPTKG menuturkan bahwa potensi bahaya saat ini masih berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.

Pada sektor tenggara, sektor bahaya meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol lima kilometer. Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.

"Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya," jelasnya.

Masyarakat pun diminta untuk tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya tersebut. Selain itu, masyarakat juga diminta agar mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran, terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

"Masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka tingkat aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali," kata Agus.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement