Ahad 15 Sep 2024 16:39 WIB

Merapi Luncurkan 46 Kali Guguran Lava ke Kali Bebeng

Guguran tersebut meluncur ke arah barat daya atau ke Kali Bebeng.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Karta Raharja Ucu
 Gunung Merapi mengeluarkan lahar saat terjadi letusan, seperti yang terlihat dari Sleman, Yogyakarta, Indonesia, 17 Januari 2021 (dikeluarkan 18 Januari 2021). Gunung Merapi adalah salah satu gunung berapi paling aktif di negara ini. Sedikitnya 300 orang tewas saat meletus pada 2010.
Foto: EPA-EFE/BOY TRIHARJANTO
Gunung Merapi mengeluarkan lahar saat terjadi letusan, seperti yang terlihat dari Sleman, Yogyakarta, Indonesia, 17 Januari 2021 (dikeluarkan 18 Januari 2021). Gunung Merapi adalah salah satu gunung berapi paling aktif di negara ini. Sedikitnya 300 orang tewas saat meletus pada 2010.

REPUBLIKA.CO.ID,  YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat Gunung Merapi mengeluarkan 46 kali guguran lava selama 14 September 2024. Guguran tersebut meluncur ke arah barat daya atau ke Kali Bebeng. 

“Jarak luncur maksimum mencapai 1.600 meter,” kata Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, Ahad (15/9/2024). 

Agus mengatakan, aktivitas Merapi saat ini masih cukup tinggi. Merapi sendiri sudah ditetapkan dengan status siaga atau level 3. 

Selain guguran lava, pihaknya juga mengamati kegempaan yang masih tinggi. Dalam 24 jam terakhir, setidaknya lebih dari 100 kegempaan yang terjadi di Merapi. 

Agus menuturkan, pihaknya mencatat terjadi 146 kali gempa guguran, satu kali gempa fase banyak, dan delapan kali gempa tektonik jauh. 

Mengingat masih tingginya aktivitas Merapi, potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya dan sektor tenggara. 

Agus merinci, pada sektor selatan-barat daya, potensi bahaya Merapi meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer. Pada sektor tenggara, potensi bahaya Merapi meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Sungai Gendol sejauh lima kilometer. Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.

“Data pemantauan menunjukkan suplai magma di Merapi masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya,” ucap dia. 

Untuk itu, masyarakat diminta agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Selain itu, pihaknya juga menegaskan agar masyarakat mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran (APG), terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

“Masyarakat (juga diharapkan) agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka tingkat aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali,” ucap Agus. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement