Ahad 07 Jan 2024 15:30 WIB

Tafsir Al Baqarah 164: Di Balik Turunnya Hujan

Manusia diingatkan untuk berpikir tentang hujan yang diturunkan Allah.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Musim hujan (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Musim hujan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Surat Al Baqarah ayat 164 mengandung hikmah di balik penciptaan langit dan bumi yang perlu menjadi bahan perenungan setiap Muslim. Dalam ayat ini, Allah SWT berfirman:

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍ ۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ

Baca Juga

"Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti." (QS. Al Baqarah ayat 164)

Prof Dr Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, menjelaskan, ayat ini mengajak manusia untuk berpikir dan merenung tentang sekian banyak hal. Pertama, berpikir dan merenungkan tentang خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ (khalq as-samâwât wa al-ardh), yakni penciptaan langit dan bumi.

Kata خَلْقِ (khalq) yang diterjemahkan di atas dengan penciptaan dapat juga berarti pengukuran yang teliti atau pengaturan. Karena itu, di samping makna di atas, ia juga dapat berarti pengaturan sistem kerjanya yang sangat teliti.

"Yang dimaksud dengan langit adalah benda-benda angkasa, seperti matahari, bulan, dan jutaan gugusan bintang yang kesemuanya beredar dengan sangat teliti dan teratur," jelasnya.

Kedua, merenungkan pergantian malam dan siang. Yakni, perputaran bumi dan porosnya yang melahirkan malam dan siang serta perbedaannya, baik dalam masa maupun dalam panjang serta pendek siang dan malam.

Ketiga, merenungkan tentang bahtera-bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia. Ini mengisyaratkan sarana transportasi, baik yang digunakan masa kini dengan alat-alat canggih maupun masa lampau yang hanya mengandalkan angin dengan segala akibatnya.

Keempat, merenungkan tentang apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, baik yang cair maupun yang membeku. Yakni memerhatikan proses turunnya hujan dalam siklus yang berulang-ulang, bermula dari air laut yang menguap dan berkumpul menjadi awan, menebal, menjadi dingin, dan akhirnya turun menjadi hujan, serta memerhatikan pula angin dan fungsinya, yang kesemuanya merupakan kebutuhan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Kelima, berpikir tentang aneka binatang, yang diciptakan Allah, baik binatang berakal (manusia) atau pun tidak, menyusui, bertelur, melata, dan lain-lain.

"Pada semua itu, sungguh terdapat tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang berakal. Sayang, bahkan aneh, walau bukti-bukti itu sudah sedemikian nyata, masih ada yang mengingkari wujud dan keesaan Allah," demikian paparan Quraish.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement