REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Google baru saja mendebutkan platform Generative AI terbaru mereka, Gemini. Platform ini tampak memiliki sejumlah keunggulan yang menjanjikan, namun juga mempunyai beberapa kekurangan bila dibandingkan platform Generative AI serupa lainnya.
Secara umum, Gemini merupakan generasi baru dari generative AI model keluarga yang telah lama dijanjikan oleh Google. Platform ini dikembangkan oleh laboratorium penelitian AI milik Google, yaitu DeepMind dan google Research.
Gemini hadir dalam tiga "rasa". Berikut ini adalah ketiga varian Gemini.
- Gemini Ultra, yaitu model flagship Gemini
- Gemini Pro, yaitu model lite Gemini
- Gemini Nano, yaitu model berukuran lebih kecil yang bisa dioperasikan pada perangkat ponsel seperti Pixel 8 Pro
Semua model Gemini dilatih untuk menjadi "natively multimodal". Artinya, Gemini mampu dioperasikan tak hanya dengan teks. Dalam proses pengembangannya, Gemini telah dilatih dengan beragam jenis suara, gambar, video, basis kode dalam jumlah besar, serta teks dalam beragam bahasa.
Beragam keunggulan ini membuat Gemini berbeda dengan model-model bahasa lainnya, termasuk LaMDA. Berbeda dengan Gemini, LaMDA hanya dilatih dengan data-data tekstual. Oleh karena itu, LaMDA tidak bisa memahami dan menghasilkan apa pun dalam bentuk selain teks.
Karena dilatih dengan beragam jenis suara, gambar, video, hingga teks, Gemini bisa memahami berbagai modalitas. Meski saat ini kemampuan tersebut masih terbatas, pencapaian ini jauh lebih baik daripada tidak sama sekali.
Sebagian orang turut membandingkan Gemini dengan Bard yang merupakan perangkat chatbot berbasis AI dari Google. Sebenarnya, kedua produk ini sangat berbeda meski sama-sama dimotori oleh AI.
Gemini merupakan sebuah model....