REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Organisasi masyarakat (Ormas) Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) meluncurkan hasil kajian sejumlah manuskrip Syekh Yusuf Al-Makassari (abad ke-17). Hasil kajian itu digabungkan dalam sebuah karya berjudul Thariqatul Wushul ila Allah.
Wakil Presiden Pimpinan Pusat DMDI Komjen Pol (Pur) Syafruddin mengapresiasi ikhtiar keilmuan para ahli ilmu. “Karya ini merupakan bukti dan komitmen kita menunjukkan kualitas SDM keilmuan ulama kita yang penuh inspirasi,” katanya di Jakarta pada Kamis (11/1/2023).
Ke depan nanti, SDM Indonesia harus lebih kuat lagi, menghasilkan banyak karya yang diakui dunia. Hal ini merupakan sarana mempromosikan karya ulama Melayu kepada dunia, sehingga menjadi rujukan dalam ber-Islam antarkawasan.
Ketua tim pengkajian manuskrip tersebut yang juga Guru Besar Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Prof Sangidu menjelaskan, riset ini bermula dari Konferensi Dunia Melayu Dunia Islam di Jakarta pada awal 2023. Beberapa poin yang dihasilkan adalah sejumlah komitmen bersama berikut ini.
Pertama, membuktikan kepada dunia bahwa Melayu dan Islam merupakan kesatuan. Falsafah dan berbagai produk peradaban Melayu dibangun oleh ulama. “Bahasa Melayu misalkan, dihasilkan dari tradisi ulama menulis karya berbahasa Arab, yang dipadukan dengan kearifan dan tradisi lokal, sehingga menghasilkan karya berbahasa Arab Pegon. Contohnya adalah karya Syekh Yusuf al Makassari yang dikaji dan diterbitkan DMDI ini,” kata Sangidu di Jakarta pada Kamis (11/1/2023)
Kedua, menguatkan tesis bahwa Islam masuk ke Asia melalui jalur budaya yang sangat halus. Maksudnya, bahwa Islam berpadu dengan kearifan setempat. Budaya sastra, pakaian, dan etika, diwarnai tradisi Islam, sehingga masyarakat setempat mudah menerima ajaran yang dibawa Nabi Muhammad.
Ketiga, mempromosikan karya ulama Melayu ke dunia internasional yang telah ditulis dengan Arab. Strategi ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa ulama di Melayu produktif menghasilkan karya berkaliber yang mewarnai keislaman di berbagai kawasan.
Selesai mengadakan konferensi, tim pengkaji manuskrip mendatangi sejumlah daerah untuk memverifikasi dan mengumpulkan data. Daerah yang dituju adalah Banten dan Aceh. “Berdasarkan penelusuran kami, Syekh Yusuf al Makassari yang menganut Tarekat Khalwatiyah pernah sampai ke Banten untuk belajar di Pamijahan. Di sini dia bersentuhan dengan Tarekat Naqsyabandiyah. Kemudian ke Aceh untuk belajar ke Syekh Abdurrauf Singkel,” kata Sangidu.
Ke depannya tim DMDI bersama Assalam Fil Alamin (ASFA) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, akan mengumpulkan berbagai manuskrip karya ulama Melayu. Nantinya akan dikaji bersama dan diterbitkan secara internasional.
Untuk menjaga keberlangsungan tradisi ilmiah tersebut, DMDI, ASFA, dan UGM Yogyakarta, juga akan melakukan kaderisasi pengkaji manuskrip ulama Nusantara. “Kita akan melibatkan pemuda, mengajak mereka untuk menekuni dunia filologi, sehingga mereka memahami dan menyebarluaskan pemikiran ulama kita yang wasathi, dan penuh kearifan,” kata Sangidu.
Peluncuran hasil riset manuskrip Syekh Yusuf al-Makassari ini juga dihadiri oleh pimpinan ASFA Foundation. Mereka adalah Ketua Nadzir Wakaf Irjen Pol (Pur) Mas Guntur Laupe, MH, Sekretaris Yayasan ASFA HM Rafil Perdana, Ketua Nadzir Wakaf ASFA M Adil Triansyah, Wakil Ketua Lazis ASFA KH Anizar Masyhadi, M.A, dan lainnya.
Lainnya adalah dari tim peneliti Universitas Gadjah Mada, Sekretaris Jenderal Forum Pesantren Alumni Gontor KH. Anang Rikza Masyhadi, Ph.D, Rektor Universitas Latansa Mashiro Banten Dr. KH. Soleh Rosyad, Rektor Universitas Darunnajah Dr Hasan Darojat, Rektor Universitas Darul Quran Dr. Anwar Sani, Deputi Wakil Rektor I Universitas Darussalam (Unida) Gontor Assoc. Prof. Dr. Nurhadi Ihsan, Pengasuh Pesantren Trubus Iman Dr Daniar Siahaan, Kepala Prodi Magister Linguistik Terapan Universitas Al Azhar Indonesia Dr Nur Hizbullah, dan lainnya.