Jumat 12 Jan 2024 08:19 WIB

Uni Eropa Pertimbangkan Operasi Angkatan Laut di Laut Merah

AS dan sekutunya sedang mempertimbangkan opsi untuk membalas serangan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Setyanavidita livicansera
Dalam foto yang disediakan oleh Royal Navy pada Sabtu, 16 Desember 2023, sebuah gambar menunjukkan HMS Diamond menembakkan rudal Sea Viper untuk menyerang dan menembak jatuh drone udara di atas Laut Merah. Serangan terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah oleh pemberontak Houthi Yaman telah membuat takut beberapa kapal komersial di Laut Merah.
Foto: Royal Navy/Ministry of Defence via AP
Dalam foto yang disediakan oleh Royal Navy pada Sabtu, 16 Desember 2023, sebuah gambar menunjukkan HMS Diamond menembakkan rudal Sea Viper untuk menyerang dan menembak jatuh drone udara di atas Laut Merah. Serangan terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah oleh pemberontak Houthi Yaman telah membuat takut beberapa kapal komersial di Laut Merah.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Media Amerika Serikat (AS) Bloomberg melaporkan, Uni Eropa mempertimbangkan operasi angkatan laut baru di Laut Merah untuk membangun kembali keamanan dan kebebasan navigasi di perairan tersebut. Sementara Houthi melanjutkan serangannya ke kapal-kapal komersial di jalur perdagangan dunia itu meski sudah diperingatkan AS dan sekutu-sekutunya.

Pekan ini negara anggota Uni Eropa membahas apakah negara-negara anggota bersedia mendanai dan menyediakan kapal-kapal untuk operasi baru. Pada Kamis (11/1/2024) Bloomberg melaporkan sumber mengatakan paling cepat Uni Eropa dapat memfinalisasi rencana tersebut dalam pertemuan menteri luar negeri di Brussels pada 22 Januari 2024.

Baca Juga

Belum diketahui bagaimana rencana Uni Eropa ini melengkapi koalisi Laut Merah AS, Operation Prosperity Guardian (OPG). Beberapa negara Eropa termasuk Prancis, Italia, Belanda dan Spanyol sudah mengatakan akan bergabung dengan OPG.

Sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan Jerman salah satu negara anggota yang bersedia bergabung dengan misi Uni Eropa. Pada Rabu (10/1/2024) kemarin Bloomberg melaporkan AS dan sekutu-sekutunya sedang mempertimbangkan opsi untuk membalas serangan-serangan Houthi.

Ketika mereka kesulitan menyeimbangkan antara mencegah konflik meluas ke seluruh Timur Tengah dan menjaga kapal-kapal komersial di Laut Merah. Houthi di Yaman meluncurkan serangan rudal dan drone terbesarnya ke Laut Merah pada Selasa (9/1/2024) lalu. Mendorong pasukan AS dan Inggris berpatroli di perairan penting tersebut.

Milisi yang didukung Iran tersebut mengatakan tidak akan mundur sampai Israel menghentikan operasi militernya ke Gaza. Sementara itu, negara-negara anggota Uni Eropa masih harus mendefinisikan mandat dan geografi yang tepat untuk setiap operasi baru.

Uni Eropa kesulitan untuk memberikan tanggapan yang tegas terhadap konflik di Timur Tengah sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, karena adanya perbedaan pandangan di antara negara-negara anggota. Uni Eropa mempertimbangkan memperluas cakupan misi yang sudah ada, yaitu Operasi Atalanta, yang bertujuan untuk mencegah serangan perompak Somalia dan dipatroli satu kapal perang Spanyol.

Namun Spanyol memblokir langkah tersebut karena mandat misi tersebut tidak terkait dengan konflik di Laut Merah. Uni Eropa ini juga mempertimbangkan langkah-langkah hukuman terhadap para pemimpin Hamas dan pemukim Israel sebagai tanggapan atas kekerasan yang dipicu perang Israel-Hamas.

Langkah ini akan menyelaraskan Uni Eropa dengan langkah-langkah yang diambil AS. Namun, blok ini belum menyelesaikan rencana tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement