Jumat 12 Jan 2024 10:08 WIB

PVMBG Ingatkan Lokasi Longsor Cipondok Subang Rawan dan Berpotensi Kembali Longsor

Longsor bukan karena aktivitas perusahaan dan banjir bandang Sungai Cipunagara

Sejumlah tim SAR Gabungan mengevakuasi sisa puing akibat bencana longsor di Desa Pasanggrahan, Kecamatan Kasomalang, Subang, Jawa Barat, Senin (8/1/2024). Sedikitnya dua orang korban meninggal dunia dan 9 korban mengalami luka luka akibat longsor yang terjadi di sekitar objek wisata dan sumber mata air Cipondok, Subang, saat debit curah hujan tinggi pada Ahad (7/1/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Novrian Arbi
Sejumlah tim SAR Gabungan mengevakuasi sisa puing akibat bencana longsor di Desa Pasanggrahan, Kecamatan Kasomalang, Subang, Jawa Barat, Senin (8/1/2024). Sedikitnya dua orang korban meninggal dunia dan 9 korban mengalami luka luka akibat longsor yang terjadi di sekitar objek wisata dan sumber mata air Cipondok, Subang, saat debit curah hujan tinggi pada Ahad (7/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi memberikan penjelasan lengkap mengenai penyebab longsor Tempat wisata air Cipondok, Subang yang menewaskan dua orang dan puluhan warga mengungsi. 

Menurut Kepala Koordinator PVMBG Gerakan Tanah Wilayah Barat, Sumaryono, peristiwa longsor di wilayah itu terjadi bukan disebabkan debris flow atau banjir bandang Sungai Cipunagara, dan aktivitas perusahaan air minum swasta dan pemda.

Baca Juga

"Penyebab longsor yang di Subang bukan karena aktivitas perusahaan," ujar Sumaryono melalui keterangan resminya dikutip Jumat (12/1/2024).

Sumaryono mengatakan, secara morfologi, daerah lokasi longsor memang rawan. Adapun, daerah inj juga merupakan cekungan sehingga terjadi akumulasi air dari dataran yang lebih tinggi ke daerah dimaksud.

"Curah hujan juga pada hari tersebut sangat tinggi sekali. Info dari BMKG dalam 2 hari mencapai 200 mm artinya hujan yang biasanya 200 mm itu dalam 15 - 20 hari diturunkan dalam 2 hari," katanya.

PVMBG, kata dia, telah melakukan investigasi terkait peristiwa tanah longsor yang menyebabkan 2 orang meninggal itu. Sumaryono mengatakan, lereng di lokasi tersebut juga terjal dan memang lokasi itu secara morfologi menunjukan longsoran lama.

"Hanya yang kali ini lebih besar dan masih ada potensi longsor lagi. Retakan juga masih ada dibagian atas lereng," katanya.

Sumaryono mengatakan, dalam lokasi itu juga sempat terjadi beberapa kali peristiwa longsor. Artinya peristiwa longsor bukan hanya terjadi pada beberapa kemarin saja. Sebelumnya sudah terjadi dengan sekala berbeda-beda. 

"lokasi peristiwa itu masuk dalam rawan longsor. PVMBG mencatat bahwa sudah ada tiga kali kejadian serupa di daerah itu," kata dia. 

Sebelumnya, PVMBG menyebutkan, dugaan sementara penyebab terjadinya longsor disebabkan debris flow atau banjir bandang Sungai Cipunagara. Mengingat sebelum peristiwa, volume air di sungai Cipunagara sangat tinggi sehingga berdampak pada peristiwa longsor.,

Selain itu, ada juga beberapa faktor lain yang turut memicu terjadinya longsor di wilayah ini, seperti kondisi geologi setempat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement