Senin 15 Jan 2024 17:20 WIB

50 Tahun Malari, Hariman Siregar Masih Lantang Suarakan Demokrasi

Kita cabut mandat ke SBY, tapi dia tetap Demokrat, kalau Jokowi ini bahaya dia.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Erik Purnama Putra
Aktivis peristiwa 15 Januari 1974 atau Malari, Hariman Siregar menyampaikan pidato saat peringatan 50 tahun Malari di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin (15/1/2024).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Aktivis peristiwa 15 Januari 1974 atau Malari, Hariman Siregar menyampaikan pidato saat peringatan 50 tahun Malari di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin (15/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis peristiwa 15 Januari 1974 atau Malari, Hariman Siregar menegaskan, tetap konsisten menyuarakan demokrasi di Indonesia. Hariman merasa punya kewajiban moral untuk memperkuat demokrasi.

"Nah itu yang yang saya perjuangkan itu sebenarnya itu demokrasi yang dalam arti rule of law civil society yang kuat, pers yang kuat yang sekarang juga nggak ada karena ada media sosial ini, ketiga partai yang benar," kata Hariman dalam peringatan 50 Tahun Peristiwa 15 Januari 1974 yang digelar oleh Indonesian Democracy Monitor (Indemo) di Jakarta pada Senin (15/1/2024).

Indemo merupakan lembaga yang dibentuk oleh Hariman. Dia menyampaikan, perjuangannya pada saat ini kian mendapat kesulitan. Musababnya, ada Presiden Jokowi yang coba meneruskan kekuasaan kepada anaknya, yaitu Gibran Rakabuming Raka dengan mekanisme yang tidak benar.

Gibran memang resmi menjadi cawapres setelah berubahnya ketentuan syarat usia capres/cawapres lewat putusan Mahkamah Konstitusi (MK). Dia digandeng capres Prabowo Subianto maju dalam Pilpres 2024. "Sebenarnya acara hari ini ke-24 kali, hari ini adalah hari yang lebih berat daripada hari lain," ujar Hariman.