Rabu 17 Jan 2024 16:27 WIB

Buya Syakur, Sosok yang Kerap Diajak Berdebat Gus Dur    

Buya Syakur wafat pada Rabu (17/1/2023).

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Suasana pemakaman Buya Syakur Yasin, Rabu (17/1/2024). Buya Syakur adalah sosok ulama yang kharismatik.
Foto: Dok Republika
Suasana pemakaman Buya Syakur Yasin, Rabu (17/1/2024). Buya Syakur adalah sosok ulama yang kharismatik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indonesia kehilangan salah satu ulama terbaiknya, yaitu KH Abdul Syakur Yasin. Buya Syakur, begitu akrab disapa, tutup usia saat menjalani perawatan di RS Mitra Plumbon Widasari, Kabupaten Indramayu, Rabu (17/1/2024). 

Buya Syakur diketahui sudah menjalani perawatan di RS Mitra Plumbon Widasari sejak sepuluh hari yang lalu. Namun kondisi kesehatannya dikabarkan terus menurun sejak setahun terakhir. Almarhum Buya Syakur dimakamkan di sekitar lokasi Ponpes Cadangpinggan hari ini.  

Baca Juga

Buya Syakur adalah ulama kharismatik asal Indramayu, Jawa Barat. Pria yang akrab disapa Buya Syakur ini adalah sosok ulama yang kritis hingga oleh almarhum Gus Dur kerap dijadikan sebagai teman berdebat. 

Memiliki ilmu tinggi dan luas tidak menjadikan Buya Syakur lupa akan asalnya. Sepulang dari perjalanannya menimba ilmu dari Tunisia hingga London, Buya Syakur memilih pulang ke kampung halamannya dan mendirikan Pondok Pesantren Cadangpinggan. 

Perjalanan Buya Syakur menimba ilmu agama memang tidak main-main. Setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon, ia lantas pergi ke Timur Tengah, yakni Irak, kemudian Suriah dan Libya.

Setelah itu ia, melanjutkan pendidikan S1 di Kairo dan sempat menjadi ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Kairo. Buya Syakur lalu melanjutkan S2 di Tunisia dn sempat menjadi staf ahli di Kedutaan besar Tunisia.  

Sebelum kembali ke tanah air, Buya Syakur sempat menempuh pendidikan S3 di Oxford, Inggris. Ulama cerdas berpandangan liberal ini ternyata menghabiskan waktu 20 tahun belajar di Afrika dan Eropa, sebelum kemudian memutuskan untuk kembali ke Indonesia bersama para sahabatnya, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Quraish Shihab, Nurcholis Majid, dan Alwi Shihab. 

Sejak itu, ia berfokus untuk berdakwah di kampung halamannya di Indramayu hingga akhir hayatnya. Dakwahnya saat itu, hanya menyasar kalangan awam dan tentu saja dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat meskipun Buya Syakur telah menguasai bahasa Arab, Jerman, dan Inggris.

Baca juga: Golongan yang Gemar Membaca Alquran, Tetapi Justru tidak Mendapat Syafaatnya

Buya Syakur banyak berdakwa melalui siaran-siaran radio karena pada waktu itu, radio cukup banyak diminati oleh masyarakat Indramayu. Hingga kemudian, sosoknya mulai dikenal masyarakat dan setiap dakwahnya menjadi viral di media sosial melalui saluran dakwahnya (Youtube), KH Buya Syakur Yasin. 

Buya Syakur sampat menikah dengan Nyai Hj Marsriyah Amva (pengasuh pondok pesantren Jambu, Barbakan Ciwaringin Cirebon). Dari pernikahannya, dikaruniahi dua orang anak.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement