REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris mendesak Iran pada Rabu (17/1/2024) untuk "menggunakan pengaruhnya" atas kelompok Houthi Yaman dalam mencegah ancaman lebih lanjut terhadap pelayaran komersial di Laut Merah, menurut Kantor Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan (FCDO). Pernyataan itu muncul setelah pertemuan antara Menteri Luar Negeri Inggris Raya, David Cameron dengan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian pada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.
"Iran harus berhenti memasok Houthi dengan senjata dan intelijen serta menggunakan pengaruhnya untuk menghentikan serangan Houthi di Laut Merah," cuit Cameron pada X. Menurut Cameron, Iran juga harus berhenti menggunakan keadaan regional sebagai alasan untuk bertindak sembarangan dan melanggar kedaulatan negara lain. "Saya telah menegaskan ini kepada Menlu @Amirabdolahian," lanjutnya.
Cameron menggambarkan serangan Houthi pada pelayaran di Laut Merah sebagai "ilegal dan tidak dapat diterima". Pertemuan antara Cameron dengan Amir-Abdollahian berlangsung setelah serangan udara terhadap Houthi di Yaman oleh Amerika Serikat dan Inggris pekan lalu.
Serangan udara itu menargetkan tempat Houthi di kota-kota Yaman yang dikendalikan oleh kelompok yang didukung Iran itu dan setelah serangkaian serangan Houthi di Laut Merah atas kapal-kapal bertujuan Israel. Houthi mengumumkan bahwa 73 serangan di Yaman telah menewaskan lima pejuangnya.
Selain itu Cameron juga "mengutuk serangan di Erbil, Irak, yang menewaskan warga negara ganda Inggris-Irak Karam Mikhael,” kata pernyataan itu. Sebelumnya Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) pada pekan ini menyatakan bahwa pihaknya telah meluncurkan rudal balistik ke posisi “kelompok teroris anti-Iran” dan pendukung mereka di Suriah dan Irak. IRGC juga mengklaim telah menghancurkan markas besar badan mata-mata Israel Mossad di Erbil.