REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebagian orang mungkin masih diberi kelancaran rezeki meskipun setiap harinya selalu melakukan maksiat. Namun, orang yang seperti itu jangan senang dulu, karena bisa jadi hal itu merupakan istidraj.
Hal ini sebagaimana disampaikan seorang ulama dan cendikiawan muslim yang sangat luas wawasan keilmuannya, Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam kitabnya yang berjudul Ad Da'u wa ad-Dawa' (Terapi Penyakit Hati). Menurut Ibu Qayyim, sebagian kaum salaf berkata,
"Bila engkau melihat Allah memberikan nikmat kepadamu secara terus menerus, sedang engkau tetap melakukan maksiat maka hati-hatilah. Sebab hal itu merupakan istidraj dari Allah. Yaitu, Dia menuruti semua kehendakmu agar kamu memasuki kemaksiatan yang engkau lakukan secara lebih mendalam."
Secara bahasa, istidraj artinya naik dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya. Istidraj juga dapat bermakna sebagai sebuah “hukuman” yang diberikan Allah SWT secara berangsur-angsur kepada hamba-Nya. Hukuman itu bisa diberikannya jabatan atau harta yang melimpah yang nantinya akan mengantarkannya pada malapetaka yang lebih besar.
Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istridraj adalah hal atau keadaan luar biasa yang diberikan Allah SWT kepada orang kafir sebagai ujian sehingga mereka takabur dan lupa diri kepada Tuhan, seperti Firaun dan Karun.
Intinya istidraj adalah istilah untuk merujuk peringatan Allah SWT kepada orang yang lalai dengan memberi mereka nikmat duniawi agar semakin lalai. Kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada orang yang berbuat maksiat itu tentu bukan karena kasih sayang-Nya, melainkan sebagai “jebakan".
Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ
“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR Ahmad).
Maka, umat Islam tak perlu silau dan iri dengan kesuksesan seseorang yang masih sering bermaksiat bergelimang dosa. Karena, itulah ciri orang yang sedang tertimpa istidraj.
Hal ini dipertegas suatu riwayat dari Ali Ali bin Abi Thalib, “Hai anak Adam, ingat dan waspadalah bila kau lihat Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepada-Nya.” (Mutiara Nahjul Balaghah).