Ahad 21 Jan 2024 22:52 WIB

Gibran Masih Pakai Istilah Sulit, Cak Imin Singgung Ijazah Palsu  

Menurut Cak Imin, debat cawapres adalah debat untuk mendiskusikan masalah kebijakan.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Ahmad Fikri Noor
Calon wakil presiden nomor urut 1 Muhaimin Iskandar.
Foto: Republika/Prayogi
Calon wakil presiden nomor urut 1 Muhaimin Iskandar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Debat seru terjadi antara cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar, dan cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka. Muhaimin mengatakan Gibran masih suka mengetes para pesaing dengan istilah rumit dan singkatan-singkatan. Menurut Cak Imin, debat cawapres adalah debat untuk mendiskusikan masalah kebijakan. Bukan untuk ajang tebak-tebakan istilah.

“Etika forum ini etika policy berharga, bukan tebak-tebakan definisi di sini. Saya ragu apakah kita main tebak-tebakan di sini jangan-jangan ijazah kita palsu semua di sini, ini yang mengagetkan kalau tebak-tebakan bukan di sini levelnya, tapi kebijakan memimpin negara,” kata Muhaimin.

Baca Juga

Sebelumnya, Gibran menanyakan mengenai lithium iron phosphate battery atau LFP kepada Muhaimin. Karena Gibran melihat LFP ini sering dibicarakan salah satu tim sukses Anies-Muhaimin, Thomas Lembong.

“Ini agak anehnya, yang sering ngomongin LFP itu timsesnya, tapi calonnya tak paham LFP itu apa. Kan aneh, sering bicara LFP, tapi tak paham. Dibilang Tesla tidak pakai nikel, ini kebohongan publik. Tesla itu pakai nikel, Pak, Indonesia punya cadangan nikel terbesar di dunia. Ini potensi kita, Pak, ini bargaining kita. Saya tak tahu Pak Lembong sering bicara atau tidak sama cawapresnya,” kata Gibran.

Cak Imin lalu menjelaskan prinsipya adalah kembali kepada etika lingkungan. Apapun kebijakan pemerintah yang menyangkut produksi pengambilan tambang SDA rujukannya haruslah memakai etika lingkungan. Di mana harus ada keseimbangan antara manusia dengan alam.

“Keseimbangan ini tak bisa ditawar-tawar agar pembangunan berkelanjutan sehingga tak ada yang tertinggal. Tambang litium itu tidak sembrono dan tidak sewenang-wenang, apalagi tak mempertimbangan lingkungan dan keberlanjutan masa depan,” urai Cak Imin.

Ketua Umum PKB itu mengaku setuju potensi sumber daya alam itu harus terus dipromosikan. Tapi ia mengingatkan harus dicatat karena gara-gara eksplotasi nikel ugal-ugalan lalu hilirirasi tanpa mempertimbangkan ekologi dan sosial itu akan merugikan negara dan masyarakat.

“Ini nikel kita berlebih tapi harganya tidak naik. Jadi korban policy sendiri. Bukan soal gegabah, tapi soal keberanian,” kata Cak Imin.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement