Selasa 23 Jan 2024 12:02 WIB

Partai Sayap Kanan AfD Serukan Referendum Keluarnya Jerman dari UE

AfD bertekad melakukan reformasi besar ketika berkuasa.

Orang-orang berdiri di tengah salju di Alter Markt saat mereka memprotes AfD dan ekstremisme sayap kanan di Stralsund, Jerman, Jumat (19/1/2024).
Foto: Stefan Sauer/dpa via AP
Orang-orang berdiri di tengah salju di Alter Markt saat mereka memprotes AfD dan ekstremisme sayap kanan di Stralsund, Jerman, Jumat (19/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Partai sayap kanan Alternatif untuk Jerman (Alternative for Germany/AfD) menyampaikan gagasan referendum mengenai keluarnya negara itu dari Uni Eropa (UE), seperti yang dilakukan Inggris menjelang pemilu penting pada Juni mendatang.

Wakil pemimpin AfD Alice Weidel mengatakan begitu mereka berkuasa di Jerman, mereka akan melakukan upaya untuk mengekang kekuasaan lembaga-lembaga UE yang tidak melalui proses pemilihan, termasuk Komisi Eropa. "Tetapi jika reformasi tidak memungkinkan, jika kami gagal membangun kembali kedaulatan negara-negara anggota UE, kami harus membiarkan rakyat yang memutuskan, seperti yang dilakukan Inggris," katanya dalam wawancara eksklusif dengan harian bisnis Financial Times.

Baca Juga

Weidel mengatakan jika kondisinya mencapai titik tersebut, Jerman dapat mengadakan "referendum Dexit" untuk meninggalkan Uni Eropa, seperti yang dilakukan Inggris pada 2016. Menjelang pemilihan Parlemen Eropa pada Juni, dukungan terhadap AfD meningkat di Jerman, karena banyak pemilih yang menyatakan frustrasi terhadap koalisi berkuasa, Partai Sosial Demokrat (SPD), Partai Hijau, dan Partai Demokrat Bebas (FDP).

Sebuah jajak pendapat yang dilakukan YouGov pekan lalu menunjukkan bahwa dukungan untuk AfD mencapai angkat tertinggi sepanjang masa sebesar 24 persen, sekitar sembilan persentase poin lebih tinggi dari Partai Sosial Demokrat (SPD) yang dipimpin Kanselir Olaf Scholz. Jajak pendapat YouGov menemukan, 12 persen warga Jerman akan memilih Partai Hijau, sementara hanya enam persen yang akan mendukung Partai Demokrat Bebas (FDP) yang liberal.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement