REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyatakan, terus berupaya mengejar target investasi selama menjabat sebagai menteri investasi. Seperti diketahui, ia mulai menduduki jabatan tersebut pada 2019.
Ia pun membandingkan kinerjanya dengan pejabat terdahulu. "Tahun 2015, zaman Pak Franky (Kepala BKPM Franky Sibarani), (target) RPJMN itu Rp 519 triliun, Alhamdulilah tercapai Rp 545,40 triliun. Kemudian diganti oleh, saya pikir teman-teman sudah tahu, tidak perlu saya sebutkan namanya. Itu di 2016 ada reshuffle kabinet, kemudian pejabat terdahulu saya masuk dan itu target RPJMN Rp 594,8 triliun, realisasinya Rp 612,8 triliun," jelas dia.
Pada 2017, sambung dia, realisasi investasi mencapai Rp 682,9 triliun dari target Rp 678,8 triliun. Hanya saja, ujar Bahlil, pada 2018 target di RPJMN sebesar Rp 765 triliun tapi realisasi investasinya sebesar Rp 721,30 triliun.
Dirinya bercerita, saat masuk kabinet pada kuartal IV 2019, dari target investasi dipatok Rp 817 triliun, ia mampu melampaui target dengan capaian Rp 826,3 triliun. Pada masa Covid-19 pun target di RPJMN sebesar Rp 858,5 triliun, namun Kementerian Investasi dapat menembus target hingga Rp 901 triliun.
"Bapak Presiden Jokowi meminta saya waktu itu dari Rp 821 triliun harus naik jadi Rp 900 triliun. Padahal Covid-19, Alhamdulillah tercapai," jelasnya.
Tren peningkatan realisasi investasi, kata dia, terus terjadi. Realisasi investasi pada 2022 melampaui target Rp1.200 triliun dengan capaian Rp 1.207,2 triliun dan capaian pada 2023 sebesar Rp 1.418,9 triliun, melebihi target yang sebesar Rp 1.400 triliun.
"Ini perbandingan antara pejabat terdahulu yang tamatan Harvard, yang sekolahnya hebat, dan pejabat sekarang yang tamatan STIE Port Numbay, alumni Jayapura. Ini datanya objektif," tegas dia.