REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama RI, Ahmad Zainul Hamdi menyampaikan, penyelenggaraan Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-23 tahun 2024 ini berbeda dengan AICIS yang digelar pada tahun-tahun sebelumnya.
Dia menjelaskan, AICIS sebelumnya merupakan konferensi yang semata-mata menjadi perhelatan di kalangan akademisi dengan isu yang sangat akademik. Namun, AICIS 2024, yang menjadikan UIN Walisongo Semarang sebagai tuan rumah, dipadukan dengan pertemuan tingkat tinggi para tokoh agama di wilayah Asia Tenggara.
"AICIS kali ini kita dorong untuk tidak hanya perhelatan yang semata-mata akademik yang jauh di langit sana, tetapi juga kita turunkan ke bumi untuk langsung bisa menjawab krisis global saat ini terutama di Asia Tenggara," kata dia usai pembukaan AICIS 2024 di UIN Walisongo Semarang, Kamis (1/2/2024).
Zainul memaparkan, ada dua hal mengapa perlu mengumpulkan para tokoh agama dari berbagai negara. Pertama, bicara kajan keislaman, maka Indonesia adalah negara teratas di kawasan Asia Tenggara. Ini tak lepas dari keberadaan 59 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN).
"Indonesia paling leading di Asia Tenggara. Kita memiliki 59 PTKIN, yang seluruhnya yang mengkaji keislaman. Belum lagi ada puluhan ribu pesantren di mana santri sekaligus mahasiswa sekaligus para akademisi itu semuanya ada di sini," tuturnya.
Kedua, lanjut Zainul, AICIS 2024 mengangkat tema "Redefining The Roles of Religion in Addressing Human Crisis: Encountering Peace, Justice, and Human Right Issues". Latar belakang diangkatnya tema ini terkait dengan konflik global yang selalu dimuat dengan sentimen keagamaan. Dia berpandangan, konflik global telah memberi dampak terhadap formasi kehidupan keberagamaan di wilayah Asia Tenggara.
"Kemudian nasionalisme mulai diangkat kembali, hubungan antara Muslim dan non-Muslim mulai diangkat kembali. Orang mulai bertanya apakah agama masih relevan untuk membincangkan hak asasi manusia ketika agama banyak dipakai sebagai sentimen untuk membangun konflik," tuturnya.
Itulah kemudian mengapa agenda AICIS 2024 ini akan menyajikan kajian akademik yang lebih membumi sehingga akan memberikan rekomendasi yang cukup implementatif. Ini karena basisnya adalah kajian yang diungkap oleh para pakar di dunia, yang tentunya sangat relevan untuk diterapkan di Indonesia.
AICIS 2024 kali ini telah menerima total sebanyak 1.953 paper yang disubmit, dari dalam maupun luar negeri. Dari jumlah ini, yang terseleksi untuk menjadi peserta aktif ada sebanyak 320 peserta.
"Kami berharap AICIS 2024 ini bisa menjadi bagian atau satu ikhtiar untuk memperkuat diplomasi Indonesia di dunia internasional dengan isu keagamaan yang lebih mendamaikan," ujarnya.