Diagnosa -- Kasus sifilis di Amerika Serikat (AS) telah melonjak ke tingkat tertinggi sejak tahun 1950-an. Hal itu dilaporkan Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) AS yang dirilis pada Selasa, 30 Januari 2024.
CDC belum mempublikasikan data tahun 2023. Namun laporan terbaru menemukan kasus Sexually Transmitted Infection (IMS) atau Infeksi Menular Seksual itu meningkat hampir 80 persen antara tahun 2018 dan 2022, menjadi lebih dari 207.000 kasus baru pada tahun terakhir.
Angka tersebut mencakup sifilis yang ditularkan melalui hubungan seks dan sifilis kongenital yang ditularkan dari orang hamil ke janin melalui plasenta.
“Epidemi sifilis di AS semakin memburuk selama satu tahun lagi, dan tindakan cepat sangat diperlukan untuk memperlambat kurva tersebut,” kata Dr Laura Bachmann, penjabat direktur Divisi Pencegahan PMS di CDC.
Tingkat tahap sifilis yang paling menular, disebut primer dan sekunder, meningkat di semua kelompok umur dan di semua wilayah di seluruh negeri Paman Sam. Namun angka tersebut sangat tinggi pada kelompok ras dan etnis minoritas tertentu, seperti di kalangan suku Indian Amerika dan penduduk asli Alaska.
Dibandingkan dengan kelompok populasi lainnya, kelompok tersebut juga mengalami tingkat sifilis kongenital tertinggi pada 2022, dengan 1 dari setiap 155 kelahiran terkena penyakit tersebut. Dari segi jumlah keseluruhan, komunitas kulit hitam dan Hispanik mencatat jumlah kasus sifilis kongenital tertinggi pada 2022.
“Ketika kesenjangan masih terjadi di antara beberapa kelompok, jelas bahwa negara kita harus terus berupaya mengatasi kesenjangan sosial yang sudah berlangsung lama yang sering kali menyebabkan perbedaan kesehatan dan, pada akhirnya, kesenjangan kesehatan,” kata Bachmann.
Menurut laporan tersebut, lebih dari 3.700 kasus sifilis kongenital dilaporkan pada bayi baru lahir pada tahun 2022. Itu merupakan peningkatan lebih dari 30 persen dari tahun 2021 dan peningkatan sebesar 937 persen selama dekade terakhir.
Pada tahun yang sama, populasi di Texas, California, Arizona, Florida, dan Louisiana mewakili 57 persen dari seluruh kasus sifilis kongenital yang dilaporkan. Secara nasional, penyakit ini mengakibatkan kematian 282 bayi saat lahir.
Peningkatan kasus sifilis kemungkinan besar dipicu oleh beberapa faktor, termasuk berkurangnya penggunaan kondom dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang. "Penyakit ini dikaitkan dengan praktik seksual yang kurang aman,” kata Direktur Pusat Nasional untuk HIV di CDC, Jonathan Mermin.
Meskipun CDC masih menyelidiki penyebab lain lonjakan sifilis, laporan itu menyebutkan pandemi Covid-19 sebagai salah satu faktor penyebabnya. Sebab, Covid-19 telah mengalihkan fokus pemantauan dan respons terhadap IMS di negara tersebut.
Kini, para pakar kesehatan masyarakat mendesak pemerintah dan pusat kesehatan agar meningkatkan upaya pencegahan sifilis. Salah satunya dengan memberikan layanan langsung kepada pasien yang menghadapi hambatan mendapatkan perawatan.
“Sangat mudah mengidentifikasi dan mengobatinya,” kata pakar penyakit menular anak di Columbia University Irving Medical Center, Dr Natalie Neu.
Menurut Neu, semua pihak harus berupaya menghilangkan stigma seputar infeksi menular seksual dan merawat mereka dalam lingkungan yang tidak menghakimi dan mengancam. "Jika itu bisa dilakukan, kita akan melakukan yang lebih baik terhadap perempuan dan bayi,” kata dia.
Sifilis bisa disembuhkan dengan antibiotik. Sifilis kongenital juga bisa dicegah jika orang hamil yang terinfeksi didiagnosis dan diobati dengan segera. Bayi yang lahir dengan penyakit sipilis juga bisa disembuhkan dengan antibiotik. Sumber: Live Science