REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan atau Komnas Perempuan mengapresiasi acara Debat Pilpres kelima. Pasalnya dalam acara yang digelar pada Ahad (4/2/2024) itu telah membahas isu tentang perempuan.
Wakil Ketua Komnas Perempuan Olivia Salampessy mengatakan, kehadiran perempuan itu penting. Menurut dia, perempuan bukan sekadar menjadi isu tempelan. "Karena mungkin dianggap tidak terlalu mempunyai bargaining yang baik, sehingga bagi kami, capres/cawapres yang bisa membincangkan isu perempuan itu sudah merupakan langkah yang cukup baik," kata dia di webinar bertajuk "Mewaspadai Potensi Kekerasan terhadap Perempuan dalam Pemilu 2024" pada Senin (5/2/2024).
Olivia mengatakan, budaya patriarki di masyarakat yang masih kental membuat seolah-olah politik hanya merupakan ranah laki-laki. Padahal, menurutnya, terdapat sejumlah tokoh perempuan dari berbagai negara yang kepemimpinannya berhasil dalam politik, seperti Jacinda Ardern di Selandia Baru, Angela Merkel di Jerman, dan Tsai Ing Wen di Taiwan.
Berkaca pada tokoh-tokoh perempuan dunia tersebut, lanjut dia, perdebatan mengapa perempuan harus ada di politik seharusnya menjadi refleksi untuk mendorong keterwakilan perempuan di panggung politik Indonesia. "Bagaimana seharusnya perempuan itu hadir di ruang publik, khususnya di politik, isunya bagaimana menyejahterakan perempuan secara khusus maupun masyarakat secara umum," kata Olivia.
Berdasarkan data Indeks Ketimpangan Gender Global pada 2023 yang dirilis World Economic Forum (WEF) memosisikan Indonesia pada peringkat 87 dari 146 negara dengan nilai 0,697 dari skala 0-1. "Mempertahankan skor yang sama yaitu 0,697 pada tahun 2022 dengan peringkat ke 92," kata Olivia Salampessy.
Skor Indonesia terbebani oleh indeks pemberdayaan perempuan di bidang politik yang sangat rendah yakni 0,181 atau di bawah rata-rata global. "Ini cukup buruk ya," katanya.