OCEANIA.ID, JAKARTA -- Investasi kelautan diyakini bakal jadi masa depan pengembangan kemaritiman di Tanah Air. Terkait itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan menggelar Indonesia Marine and Fisheries Business Forum (IMFBF) 2024.
Forum ini mempertemukan berbagai entitas yang berasal dari dalam dan luar negeri. Forum itu juga untuk mendorong geliat investasi biru di sektor kelautan dan perikanan.
"Ini saya kira ini bisnis forum pertama kali yang levelnya internasional, kita undang negara-negara sahabat karena kita harus menjadi bagian dari global supply chain. Kita punya potensi yang luar biasa di sektor kelautan dan perikanan," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (5/2/2024).
Trenggono menyampaikan, peluang investasi di sektor kelautan dan perikanan diakuinya sangat besar yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya kian meningkatnya kebutuhan pangan global termasuk kebutuhan protein, seiring terus bertambahnya populasi manusia.
Selain itu, ucap dia, kesadaran masyarakat akan manfaat makanan laut terus berkembang sehingga permintaan ikan secara global pun meningkat. Trenggono mengatakan, proyeksi dari Global Seafood Market, pasar seafood global akan tumbuh dengan laju tahunan hingga 8,92 persen.
Berdasarkan data kuartal III 2023, investasi sektor kelautan dan perikanan mencapai Rp 9,56 Triliun, terdiri atas PMDN Rp 5,32 triliun, PMA Rp 1,4 triliun, dan Kredit Investasi Rp 2,84 triliun.
Pengolahan Ikan menempati urutan pertama investasi sebesar Rp 3,65 triliun, selanjutnya budidaya perikanan sebesar Rp 2,6 triliun, pemasaran Rp 1,95 triliun, penangkapan ikan Rp 1,18 triliun, dan jasa perikanan Rp 186,51 miliar.
Trenggono melanjutkan, tingginya permintaan hasil perikanan di pasar global tentunya disambut positif oleh pemerintah, yang ditunjukkan dengan kemudahan perizinan, insentif, keamanan dan kestabilan iklim politik, konektivitas, dan sumber daya manusia terampil sebagai tenaga kerja. Trenggono mengatakan, KKP juga mengedepankan tata kelola berbasis ekonomi biru untuk memastikan kelestarian ekosistem kelautan dan perikanan sehingga industri di dalamnya berjalan berkelanjutan.
Program ekonomi biru mencakup perluasan kawasan konservasi laut, penangkapan ikan terukur berbasis kuota, pengembangan budidaya laut, pesisir dan darat yang berkelanjutan, pengawasan dan pengendalian kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, serta pembersihan sampah plastik.
"Program ekonomi biru ini, salah satunya KKP mendorong sektor perikanan budidaya menjadi prime mover untuk penyediaan kebutuhan ikan konsumsi yang berkualitas. Ada lima komoditas yang kami dorong yaitu udang, kepiting, rumput laut, lobster, dan tilapia. Kami membangun modeling-modeling sebagai percontohan, dan ini bisa diduplikasi oleh pelaku usaha untuk pengembangannya," beber Trenggono.
Hal lain yang tak kalah penting, lanjut Trenggono, peningkatan geliat investasi biru di sektor kelautan dan perikanan akan berkontribusi dalam pencapaian target indeks ketahanan pangan nasional menjadi 70 pada 2024. Beberapa faktor yang mempengaruhi indeks ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan, aksesibilitas pangan, dan keamanan pangan.
"Dalam forum ini kita undang investor-investor, harapannya sebetulnya kita memberi pandangan kepada investor dalam negeri, dan di sisi lain kita membangun koneksi dengan negara-negara sahabat melalui duta besar tadi, untuk ujungnya kita bisa setara karena produk kita sangat dibutuhkan oleh mereka," kata Trenggono.
Sumber: Republika.co.id