REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Wakil Presiden RI, KH Ma'ruf Amin, mengatakan ulama memiliki tanggung jawab menekan angka stunting. Menurut Ma'ruf, ulama harus berperan dalam menyiapkan generasi masa depan yang sehat, cerdas dan soleh. Hal itu dapat diwujudkan dengan mencegah stunting.
"Alquran mengatakan, jangan meninggalkan penerus yang lemah. Lemah ekonominya, lemah fisiknya, lemah keimanannya. Salah satu penyebab kelemahan itu adalah stunting," kata wapres, dalam Rapat Koordinasi Nasional Komisi Perempuan, Remaja, dan Keluarga (KPRK) MUI di Istana Wapres, dikutip dari siaran pers yang diterima Republika, Selasa (13/2/2024).
Ma'ruf menyebut pemerintah tahun 2024 ini menargetkan mampu menekan angka stunting g sampai 14 persen. Dan angka itu kata dia harus terus ditekan agar tidak ada lagi anak-anak Indonesia mengalami stunting.
Wapres menyebut pentingnya keterlibatan agama dalam mengatasi stunting karena Indonesia adalah negara yang masyaraktnya menjadikan agama sebagai pegangan utama dalam hidup. Sehingga sosialisasi pencegahan stunting dari pemuka agama diyakini Ma'ruf akan cepat diterima masyarakat.
Ma'ruf mengingat lagi ketika MUI mengeluarkan fatwa wajib vaksin ketika pandemi covid-19. Dengan fatwa MUI menurut Ma'ruf masyarakat mau berbondong-bondong ikut vaksin.
"Ulama harus mengedepankan Islah, atau perbaikan. Mencegah stunting itu adalah Islah. Harus diperbaiki agar generasi masa depan adalah generasi yang kuat," ucap Ma'ruf.
Bagi Ma'ruf stunting tidak kalah bahayanya dengan wabah. Sehingga kata dia pemerintah dan juga ulama harus menjadikan persoalan ini sebagai perioritas. Pada tahun 2022, Ma'ruf menyebutkan 1 dari 5 bayi yang lahir menderita stunting. Kelahiran stunting lanjut Ma'ruf disebabkan karena ibu hamil tidak teredukasi dengan baik mengenai kewajiban mencukupi nutrisi bayi sejak dalam kandungan.
"Cara menekan stunting itu adalah sejak dari masa kehamilan. Harus cegah bayi lahir stunting. Jadi hendaknya tidak lagi mengobati stunting," kata Ma'ruf menambahkan.