Sabtu 17 Feb 2024 11:11 WIB

AS dan China Setuju Lanjutkan Pembahasan Tentang Korut dan Timteng

Blinken tegaskan AS akan terus membela kepentingan dan nilai-nilai sekutu.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken berjabat tangan dengan Menlu China, Wang Yi.
Foto: Stefani Reynolds/Pool Photo via AP
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken berjabat tangan dengan Menlu China, Wang Yi.

REPUBLIKA.CO.ID, MUNICH -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken setuju dengan Menlu China Wang Yi bahwa para pejabat senior harus melanjutkan pembahasan keduanya mengenai Korea Utara dan Timur Tengah, menurut Departemen Luar Negeri.

Saat “diskusi yang jujur dan konstruktif” dengan Wang di Munich, Blinken juga menyampaikan keprihatinan atas dukungan China terhadap agresi Rusia terhadap Ukraina dan menekankan pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, serta di Laut Cina Selatan, menurut juru bicara utama departemen tersebut, Matthew Miller.

Baca Juga

Pertemuan pertama sejak Oktober antara kedua menlu tersebut terjadi di sela konferensi keamanan di kota Jerman, dimana kedua negara setuju untuk mengadakan komunikasi tingkat tinggi lebih sering.

Miller mengindikasikan pembicaraan Blinken dengan Wang berpusat pada isu-isu regional, namun tidak merincinya, misal, tentang apa yang akan dibicarakan oleh pejabat tinggi mereka mengenai Korea Utara atau situasi yang sedang terjadi di Timur Tengah.

Dengan perang Ukraina yang memasuki tahun ketiga, Blinken menyatakan keprihatinan atas dukungan China terhadap basis industri pertahanan Rusia, menurut Miller. Namun ia memberikan sedikit informasi mengenai topik lain yang dibahas kedua diplomat tinggi tersebut.

Blinken menegaskan bahwa AS akan terus membela kepentingan dan nilai-nilainya serta kepentingan sekutunya.

Meskipun ada ketegangan yang berkepanjangan mengenai berbagai isu termasuk masa depan Taiwan, hak asasi manusia, dan pembatasan perdagangan, AS dan China telah berupaya untuk mengelola perbedaan dan bekerja sama semaksimal mungkin secara bertanggung jawab.

Sementara itu, penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan dan Wang mengadakan diskusi selama lebih dari 12 jam dalam dua hari bulan lalu di Thailand, dengan isu yang dibahas mencakup komunikasi militer-ke-militer, keamanan kecerdasan buatan, masa depan Taiwan, dan serangan atas pengiriman di Laut Merah oleh Houthi yang didukung Iran.

Ini adalah pertemuan langsung pertama para pejabat senior kedua negara sejak pemilihan presiden Taiwan pada pertengahan Januari, yang dimenangi oleh Lai Ching-te dari Partai Progresif Demokratik yang berkuasa dan berhaluan kemerdekaan.

Setelah pembicaraan mereka di Bangkok, seorang pejabat senior pemerintahan AS mengatakan Presiden Joe Biden dan mitra Chinanya Xi Jinping diperkirakan akan mengadakan pembicaraan melalui telepon pada musim semi ini.

Pertemuan Blinken dengan Wang di sela-sela Konferensi Keamanan Munich juga dimaksudkan untuk menindaklanjuti pertemuan puncak presiden AS dan Tiongkok di dekat San Francisco pada bulan November.

Biden dan Xi pada saat itu sepakat untuk membuka kembali jalur komunikasi militer-ke-militer di beberapa tingkatan dan bekerja sama dalam tantangan transnasional seperti pemberantasan narkotika untuk membantu menumbuhkan kepercayaan di antara rival geopolitik tersebut.

Sejak saat itu, meskipun ada perbedaan pendapat mengenai berbagai masalah politik dan ekonomi, Amerika Serikat dan China secara bertahap mengambil langkah-langkah untuk memulai kembali kerja sama jika memungkinkan.

Pada akhir Januari, mereka meluncurkan kelompok kerja untuk membantu menghentikan ekspor bahan-bahan fentanil, yang memicu krisis obat-obatan mematikan di Amerika Serikat.

Kedua negara juga berencana memulai dialog pada musim semi ini mengenai penggunaan kecerdasan buatan yang aman.

sumber : ANTARA/Kyodo-OANA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement