REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yushistira memproyeksikan Bank Indonesia pada bulan ini belum akan menurunkan suku bunga acuan. Bank Indonesia pada siang ini (21/2/2024) akan mengumumkan hasil rapat dewan gubernur (RDG) bulanan Februari 2024.
“Proyeksi suku bunga akan dipertahankan,” kata Bhima kepada Republika, Rabu (21/2/2024).
Dia menjelaskan, saat ini situasi pasar keuangan masih diterpa isu resesi di negara maju yang mempengaruhi aliran modal asing khususnya di pasar surat utang. Rupiah juga terpantau melemah 2,35 persen dalam enam bulan terakhir.
Bhima menambahkan Pemerintah Indonesia ke depan masih akan menghadapi sejumlah tantangan. “Tantangan ke depan dari sisi eksternal sepertinya masih akan menjadi concern pengambil kebijakan moneter,” ucap Bhima.
Dia menuturkan, dengan masih ditahannya suku bunga memiliki risiko kepada ekonomi domestik. Khususnya untuk laju pertumbuhan kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kredit usaha kecil menengah yang bergerak lambat.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky juga memproyeksikan BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan pada level enam persen. Meskipun tidak ada tekanan dari inflasi, Riefky menegaskan, dalam menjaga perbedaan imbal hasil yang memadai antara obligasi Pemerintah Indonesia dan obligasi AS sangat penting untuk mencegah arus keluar modal dan menjaga nilai tukar rupiah tetap terkendali.
“Mempertahankan BI Rate mungkin merupakan sikap paling bijak dalam Rapat Dewan Gubernur mendatang," ucap Riefky.