Rabu 21 Feb 2024 14:05 WIB

Rusia: AS Beri Israel Izin Membunuh

Rancangan resolusi yang disusun Aljazair menentang pemindahan paksa.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Setyanavidita livicansera
 Massa pro Palestina membawa spanduk untuk menentang serangan udara Amerika Serikat dan Inggris kepada kelompok Houti di Yaman. Mengikuti National March for Palestine di London, Inggris (13/1/2024), mereka berjalan dari Bank of England ke Parliament Square untuk mendesak gencatan senjata permanen dan mengakhiri pengepungan terhadap Gaza.
Foto: EPA-EFE/TOLGA AKMEN
Massa pro Palestina membawa spanduk untuk menentang serangan udara Amerika Serikat dan Inggris kepada kelompok Houti di Yaman. Mengikuti National March for Palestine di London, Inggris (13/1/2024), mereka berjalan dari Bank of England ke Parliament Square untuk mendesak gencatan senjata permanen dan mengakhiri pengepungan terhadap Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengkritik tajam langkah Amerika Serikat (AS) yang kembali memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB tentang seruan gencatan senjata di Jalur Gaza. Dia menilai, Washington terus memberikan izin membunuh kepada Israel.

“Aljazair menyelenggarakan diskusi dengan iktikad baik untuk menghasilkan rancangan resolusi, namun AS pada dasarnya mengeluarkan ultimatum, dengan menyatakan bahwa rancangan tersebut berbahaya karena akan menghambat pembicaraan yang sedang berlangsung,” kata Nebenzia, Selasa (20/2/2024), dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.

Baca Juga

Aljazair adalah pihak yang menyusun rancangan resolusi terbaru tentang seruan gencatan senjata di Gaza. Sementara pembicaraan yang disinggung Nebenzia dalam pernyataannya adalah terkait negosiasi gencatan senjata Israel-Hamas yang dimediasi AS, Qatar, dan Mesir.

Nebenzia mengisyaratkan dukungan Rusia terhadap gencatan senjata di Gaza. “Opini publik tidak akan lagi memaafkan Dewan Keamanan jika tidak bertindak," ujarnya. Cina juga sudah menyampaikan kekecewaan besar atas keputusan AS kembali memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB tentang gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza.

Sejak pecahnya perang Israel-Hamas di Gaza pada Oktober tahun lalu, Washington terhitung sudah tiga kali memveto rancangan resolusi yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan. “Cina mengungkapkan kekecewaan dan ketidakpuasannya yang besar terhadap veto AS,” kata Duta Besar Cina untuk PBB Zhang Jun kepada kantor berita Xinhua, Selasa.

Dia menekankan, penolakan terhadap gencatan senjata hanya memberikan lampu hijau bagi berlanjutnya pembantaian di Gaza. “Veto AS mengirimkan pesan yang salah, mendorong situasi di Gaza menjadi lebih berbahaya,” ujar Zhang.

AS, pada Selasa lalu, kembali memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut pemberlakuan gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza. Dari 15 negara anggota Dewan Keamanan, sebanyak 13 negara telah mendukung resolusi yang dirancang Aljazair tersebut. Sementara Inggris memilih abstain.

“Pemungutan suara yang mendukung rancangan resolusi ini merupakan dukungan terhadap hak hidup rakyat Palestina. Sebaliknya, memberikan suara yang menentangnya berarti mendukung kekerasan brutal dan hukuman kolektif yang menimpa mereka,” kata Duta Besar Aljazair untuk PBB Amar Bendjama sebelum pemungutan suara di Dewan Keamanan dimulai, dikutip laman Al Arabiya.

Rancangan resolusi yang disusun Aljazair menentang pemindahan paksa atau pengusiran warga Palestina di Gaza. Selain itu, resolusi turut menuntut Hamas agar membebaskan semua orang yang masih mereka sandera.

Namun serupa dengan beberapa rancangan resolusi yang pernah diveto AS sebelumnya, draf resolusi Aljazair tidak mengutuk serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. Sejauh ini lebih dari 29 ribu warga Gaza telah terbunuh sejak Israel meluncurkan agresinya pada 7 Oktober 2023. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement