REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan ekonomi kreatif bisa menjadi penopang perekonomian Indonesia untuk mewujudkan visi Indonesia Emas tahun 2045.
Hal itu dikarenakan menurutnya sektor ekonomi kreatif Indonesia menempati posisi ketiga di dunia, sehingga hal ini menjadi modal untuk meningkatkan pendapatan negara.
"Ekonomi kreatif ini sudah nomor tiga terbesar di dunia dari segi kontribusinya terhadap PDB," katanya ditemui usai acara penghargaan IndoFringe@Sekolah 2023 dan peluncuran IndoFringe@Sekolah 2024 di Jakarta, Senin (26/2/2024).
Sandiaga mengatakan untuk meningkatkan peran ekonomi kreatif dalam mewujudkan visi Indonesia Emas, yakni dengan memperkuat kualitas sumber daya manusia (SDM) di sektor tersebut. Sehingga diharapkan melalui strategi ini dapat membantu untuk mendapatkan hasil yang lebih besar.
"Kita sudah saatnya lebih memperkuat SDM di bidang ekonomi kreatif sehingga mereka akan dapat menghasilkan hasil yang besar," katanya.
Ia menilai melalui penguatan SDM di bidang ekraf itu dapat mewujudkan target capaian penghasilan per kapita sebesar 25.000-30.000 dolar AS.
"Kita bisa mencapai itu dalam target 25.000-30.000 dolar AS per kapita yang akan ditopang sebagian besar bukan hanya hasilnya ekonomi hijau atau ekonomi biru, ekonomi digital, tapi juga ekonomi kreatif," katanya.
Selain itu ia mengatakan di tahun 2024 pihaknya menargetkan sektor ekonomi kreatif dapat menyumbang keuntungan terhadap devisa negara lebih dari Rp1.300 triliun, dengan presentase terhadap PDB nasional hingga 8 persen.
"Akhir tahun ini kita akan melampaui Rp1.300 triliun, akan tercipta ekosistem di 25 juta lapangan kerja, dan target ekspornya 28 miliar dolar AS, presentase PDB 7,8 ke 8 persen," katanya.
Sebelumnya pada Selasa (24/10/2023), Menparekraf Sandiaga mengungkapkan sektor ekonomi kreatif berhasil menyumbangkan Rp 1.300 triliun kepada PDB Indonesia.
Adapun terdapat tiga subsektor ekonomi kreatif menonjol yang dimiliki Indonesia, antara lain yakni subsektor kuliner, kriya dan fesyen.
Masing-masing subsektor, lanjut dia, kuliner menyumbangkan kontribusi pada PDB sebesar 43 persen, fesyen 17 persen, dan dari kriya 15 persen.
"Jadi total sudah mencapai hampir 75 persen. Dan 25 persen ini adalah 14 subsektor lainnya yang bertumbuh di atas rata-rata yang membawa Indonesia secara persentase nomor tiga terbesar di dunia," ujarnya.