SumatraLink.id, Lampung – Pada Februari 2024, Provinsi Lampung mengalami inflasi year on year (y to y) sebesar 3,28 persen, dan pada month to month (m to m) tercatat 0,39 persen. Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,39 persen.
“Kelompok ini penyumbang inflasi (m to m) antara lain beras sebesar 0,31 persen, cabe merah 0,15 persen, telur ayam 0,06 persen, daging ayam ras 0,04 persen, dan cabe rawit 0,04 persen,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung Atas Parlindungan Lubis dalam keterangan persnya, Jumat (1/3/2024).
Tingkat inflasi y on year pada Februari 2024 sebesar 3,28 persen, dia mengatakan kelompok pengeluaran yang memberikan andil tertinggi dalam pembentukan inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 7,53 persen dengan andil 2,41 persen.
Lima komoditas utama yang memberikan kontribusi tertinggi, yakni beras 1,13 persen, cabe merah 0,30 persen, bawang putih 0,26 persen, tomat 0,12 persen, dan gula pasir 0,11 persen.
Baca juga: Harga Cabai Merah di Lampung Meroket Jadi Rp 92.000 per Kg
BPS Lampung mengamati tingkat inflasi tertinggi di empat kabupaten/kota di Lampung (Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Mesuji, Kota Bandar Lampung dan Kota Metro), tercatat di Lampung Timur 4,53 persen (y to y) dan 0,25 persen (m to m) , dan terendah terjadi di Kota Metro sebesar 2,37 persen (y to y) dan 0,58 persen (m to m).
Atas mengatakan Nila Tukar Petani (NTP) Provinsi Lampung naik 2,24 persen dibandingkan NTP Januari 2024 yaitu dari 119,35 menjadi 122,02. Peningkatan NTP pada Februari 2024 disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani dan indeks harga yang dibayar petani.
“Peningkatan indeks yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga dan indeks biaya produksi serta penambahan barang modal masing-masing sebesar 1,28 persen dan 0,10 persen,” kata Atas.
Baca juga: Tekan Harga Beras Mahal Pemprov Lampung Akan Gelar Operasi Pasar
Menurut dia, peningkatan NTP Februari 2024 dipengaruhi oleh naiknya NTP di beberapa subsektor pertanian yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 2,42 persen, subsektor tanaman hortikultura sebesar 4,56 persen, dan subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,42 persen.
Sedangkan NTP yang mengalami penurunan yaitu subsektor peternakan sebesar 0,53 persen, subsektor perikanan tangkap sebesar 0,56 persen, dan subsektor perikanan budidaya yang turun 0,61 persen. (Emye)
Editor: Mursalin Yasland