Jumat 01 Mar 2024 18:26 WIB

Bank Indonesia Catat Aliran Modal Asing Keluar Pasar RI Rp 2 Triliun

Nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp 2,00 triliun.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Logo Bank Indonesia.
Foto: Antara
Logo Bank Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) melaporkan terdapat aliran modal asing keluar pasar RI pada pekan pertama Maret 2024. Berdasarkan data transaksi 26-29 Februari 2024, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp 2,00 triliun.

"Ini terdiri dari jual neto Rp 0,82 triliun di pasar SBN, jual neto Rp 2,64 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 1,46 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI)," kata Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (1/3/2024).

Baca Juga

Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen hingga 29 Februari 2024, BI mencatat nonresiden jual neto Rp 4,93 triliun di pasar SBN. Selain ity juga beli neto Rp 20,02 triliun di pasar saham dan beli neto Rp 25,51 triliun di SRBI.

Selain itu, BI juga mencatat premi credit default swap (CDS) Indonesia lima tahun per 29 Februari 2024 sebesar 67,15 basis poin (bps). "Premi CDS Indonesia ini naik dibandingkan 23 Februari 2024 sebesar 65,92 bps," ucap Erwin.

Sementara itu, rupiah ditutup pada level Rp 15.585 per dolar AS pada Kamis (22/2/2024). Selanjutnya, rupiah dibuka pada level Rp 15.595per dolar AS pada Jumat (23/2/2024).

Bank Indonesia juga mencatat yield SBN 10 tahun turun ke level 6,59 persen pada akhir Kamis (29/22023). Lalu, pada Jumat (1/3/2024), yield SBN 10 tahun turun ke level 6,58 persen. Sementara, yield US Treasury (UST) 10 tahun naik ke level 4,259 persen pada Kamis (29/2/2024).

Sementara itu, rupiah ditutup pada level Rp 15.710 per dolar AS pada Kamis (29/2/2024). Selanjutnya, rupiah dibuka pada level Rp 15.712 ]er dolar AS pada Jumat (1/3/2024).

Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan. “Hal ini untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” jelas Erwin. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement