Sabtu 02 Mar 2024 07:11 WIB

Sekjen PBB: Pembunuhan Massal di Gaza Perlu Penyelidikan Independen

Bantuan ke utara Gaza jarang terjadi dan kerap berlangsung kacau

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Warga Gaza melaksanakan shalat Jumat di samping puing-puing Masjid Al-Farooq, di Rafah, Jalur Gaza selatan, Jumat (1/3/2024). Masjid tersebut hancur akibat serangan udara Israel. Meski masjid hancur, namun hal itu tidak menyurutkan niat warga Palestina untuk menunaikan shalat Jumat berjamaah.
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Warga Gaza melaksanakan shalat Jumat di samping puing-puing Masjid Al-Farooq, di Rafah, Jalur Gaza selatan, Jumat (1/3/2024). Masjid tersebut hancur akibat serangan udara Israel. Meski masjid hancur, namun hal itu tidak menyurutkan niat warga Palestina untuk menunaikan shalat Jumat berjamaah.

REPUBLIKA.CO.ID, KINGSTOWN -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan pembunuhan terhadap lebih dari 100 pencari bantuan kemanusiaan di Gaza membutuhkan penyelidikan independen. Pasukan Israel melepaskan tembakan ke warga yang menunggu konvoi bantuan kemanusiaan di dekat Kota Gaza.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 100 orang tewas dan lebih dari 700 lainnya terluka dalam peristiwa Kamis (29/2/2024). Israel membantah jumlah korban yang diungkapkan Kementerian Kesehatan Gaza dan mengatakan korban tewas ditabrak dan dilindas truk bantuan.

Baca Juga

Menjelang pertemuan negara-negara Karibia di Saint Vincent dan Grenadine, Guterres mengatakan ia "terkejut" pada episode terbaru perang Israel di Gaza yang sudah menewaskan lebih dari 30 ribu rakyat Palestina. Merespon pertanyaan mengenai kegagalan resolusi gencatan senjata di Dewan Keamanan PBB, Guterres mengatakan memburuknya perpecahan geopolitik "mengubah kekuatan veto menjadi instrumen efektif yang melumpuhkan tindakan Dewan Keamanan."

"Saya sangat yakin kami membutuhkan gencatan senjata kemanusiaan dan kami membutuhkan pembebasan sandera tanpa syarat dan segera dilakukan dan kami harus memiliki Dewan Keamanan yang dapat mencapai tujuan-tujuan ini," kata Guterres, Jumat (1/3/2024).

Kementerian Kesehatan Palestina jumlah korban tewas dalam serangan Israel ke Gaza menjadi 30.500 orang. Angka ini termasuk 115 orang yang tewas ditembak tentara Israel saat mereka sedang menunggu bantuan kemanusiaan di Bundaran Nabulsi, dekat Kota Gaza.

Serangan udara, laut dan darat Israel juga mengubah Gaza menjadi puing-puing. Sebagian besar dari 2,3 juta populasinya terpaksa mengungsi, banyak yang harus mengungsi berkali-kali.

Bantuan ke utara Gaza jarang terjadi dan kerap berlangsung kacau. Bantuan harus melewati zona militer aktif. Tapi PBB mengatakan di daerah itu banyak orang yang kelaparan, video-video memperlihatkan warga putus asa mengelilingi truk-truk pasokan.

PBB dan lembaga kemanusiaan lainnya mengeluh Israel menghalangi upaya mereka mengirimkan bantuan kemanusiaan ke bagian utara Gaza serta membatasi pergerakan dan komunikasi. Direktur komunikasi lembaga bantuan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) Juliette Touma mengatakan rata-rata truk bantuan masuk ke Gaza turun 50 persen.  

"Jam berdetak cepat menuju kelaparan, kelaparan parah dan beberapa kasus kelaparan akut," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement