Ahad 03 Mar 2024 17:43 WIB

Kisah Sahabat Nabi Muhammad yang Mengorbankan Kemuliaan Demi Keislaman

Sahabat Nabi Muhammad dikenal mudah mengorbankan apa yang dimiliki demi Islam.

Rep: mgrol151/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi perjuangan sahabat Nabi Muhammad.
Foto: Pixabay
Ilustrasi perjuangan sahabat Nabi Muhammad.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah Abu Khudzaifah ibn Uthbah adalah salah satu kisah yang menginspirasi tentang pengorbanan dan kesetiaannya terhadap Islam.

Abu Khudzaifah merupakan sahabat Nabi yang berasal dari suku Quraisy. Sebagian pendapat mengatakan bahwa nama aslinya Mahsyam, ada juga yang bilang Husyaim atau Hasyim. Ayahnya bernama Uthbah ibn Rabi, salah satu tokoh Quraisy yang memimpin pasukan Quraisy dalam Perang Badar. Ibunya bernama Fatimah binti Shafwan ibn Umayyah. 

Baca Juga

Pada awalnya, Abu Khudzaifah adalah salah satu musuh Islam yang gigih. Namun, ketika Islam mulai menyebar dan pengikut-pengikutnya berkumpul di sekitar Nabi Muhammad SAW, dia memutuskan untuk bergabung dengan mereka meskipun ia tahu bahwa tindakannya akan membuatnya dikecam oleh banyak orang. 

Ia menikah dengan putri tokoh Quraisy bernama Sahlan binti Suhail bin Amr. Ayahnya adalah sosok yang menentang dakwah Nabi Muhammad SAW, hingga ketika Abu Khudzaifah memeluk Islam dan mengikuti Nabi, ayahnya tidak setuju. 

Hal tersebut membuat  Abu Khudzaifah pergi meninggalkan Quraisy bersama istrinya ke Abisinia menjumpai Rasulullah SAW. 

Dalam Buku Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi karya Muhammad Raji Hasan Kinas, dijelaskan saat itu terjadi Perang Badar antara umat Muslim dengan Quraisy. Pasukan Quraish ini tidak lain adalah keluarga dekatnya Abu Khudzaifah, di antaranya Uthbah yang merupakan ayahnya, Syaibah ialah pamannya, dan saudaranya yaitu al-Walid. 

Di Perang Badar ini tentu Abu Khudzaifah berada di pihak Muslim. Ia bertempur dengan gagah berani dan menunjukan kesetiaannya kepada Islam. Meskipun demikian, ia juga mengalami berbagai kesulitan dan tantangan selama pertempuran, salah satunya ketika harus melawan ayahnya di medan perang. 

Di sisi lain, Abu Khudzaifah sudah memeluk agama Islam, mau tidak mau dalam perang tersebut harus melakukan serangan terhadap pasukan Quraisy. Tapi, di sisi lain Abu Khudzaifah ragu melakukan serangan karena mengkhawatitkan ayahnya. Meskipun ayahnya musuh Islam, tapi bagi Abu Khudzaifah ia tetap sosok ayah yang baik hanya saja belum mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

Tak lama berselang, Rasulullah SAW melihat kondisi Abu Khudzaifah yang menampakkan wajah bersedih dan gelisah. Nabi SAW bersabda, “Wahai Abu Khudzaifah, masih adakah pengaruh bapakmu dalam jiwamu?”

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement