REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius menuduh Rusia menggelar "perang informasi" yang bertujuan memecah belah Jerman. Pernyataan ini reaksi pertamanya atas rekaman audio yang dirilis Rusia yang diduga rapat perwira tinggi militer Jerman.
Media Rusia merilis rekaman audio berdurasi 38 menit di mana perwira Jerman terdengar membahas senjata untuk Ukraina dan potensi serangan Kiev pada jembatan Crimea. Rekaman ini memicu Pemerintah Rusia meminta penjelasan.
Pada Sabtu (2/3/2024) lalu Jerman menyebutnya sebagai penyadapan dan mengatakan sedang menyelidikinya. "Peristiwa ini lebih dari sekedar penyadapan dan publikasi percakapan, ini bagian dari perang informasi yang (Presiden Rusia Vladimir) Putin lancarkan," kata Pistorius, Ahad (3/3/2024).
"Ini serangan disinformasi hibrid, ini mengenai perpecahan, ini mengenai merusak persatuan kami," tambahnya. Kremlin berulang kali membantah tuduhan penyebaran informasi palsu atau menyesatkan dari negara lain.
"Kami meminta penjelasan dari Jerman," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia di media sosial tanpa memberikan keprihatinan tertentu. Kedutaan Besar Rusia di Berlin belum menanggapi permintaan komentar.
Dalam rekaman itu para peserta rapat membahas mengenai kemungkinan pengiriman rudal jelajah Taurus ke Ukraina. Sejauh ini, Kanselir Jerman Olaf Scholz menolak untuk mengirimkannya. Dalam rapat itu perwira Jerman juga membahas mengenai pelatihan pasukan Ukraina dan target militer potensial.
"Rencana licik Bundeswehr (Angkatan Bersenjata Jerman), yang menjadi jelas karena publikasi rekaman audio ini. Ini adalah pengungkapan diri secara terang-terangan," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada wartawan Sabtu lalu.
Mantan Presiden Rusia yang kini menjabat sebagai wakil ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengatakan rekaman tersebut mengindikasikan Berlin sedang mempersiapkan diri untuk melawan Moskow.