REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konservasi Indonesia berkolaborasi dengan komunitas Jurnalis Indonesia Peduli (JIP) serta staf Sekretariat Forum Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (FOKSBI) Tapanuli Selatan, Sumatra Utara meningkatkan kapasitas puluhan pekebun sawit, dengan memberi mereka pelatihan pembuatan konten kreatif.
Peserta pelatihan, termasuk penyuluh pertanian lapangan (PPL) dari empat Balai Penyuluh Pertanian (BPP) di Kecamatan Muara Batangtoru, Batangtoru, Angkola Sangkunur, dan Angkola Selatan. Pelaku pekebun sawit berkelanjutan diajak berbagi kisah sukses mereka dalam menerapkan praktik perkebunan terbaik (good agriculture practices).
Puluhan petani yang merupakan perwakilan dari Petani Sawit Muara Batangtoru (PSMB) dan Sawit Jaya Lestari Saseba (SJLS) tersebut telah menerima sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) pada 2023. Secara total, pada saat itu, sebanyak 597 petani mandiri dari kedua asosiasi dinyatakan berhasil melakukan budi daya sawit lestari di lahan seluas 895,51 hektare.
Senior North Sumatra Field Program Manager Konservasi Indonesia, Isner Manalu menjelaskan, pelatihan konten bisa memberikan dampak yang besar jika para petani tersebut dapat menyebarkan keberhasilan mereka dalam mengelola kelapa sawit berkelanjutan.
"Hasil dari peningkatan kapasitas pembuatan konten ini nantinya akan menjadi bagian dari penyuluhan pertanian atau perkebunan yang dapat mendukung program pemerintah dalam menyebarkan informasi tentang teknik budi daya kelapa sawit berkelanjutan kepada masyarakat yang lebih luas lagi," ujar Isner dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (6/3/2024)..
Menurut dia, ilmu yang telah didapatkan oleh ratusan petani sawit yang telah menerima sertifikasi RSPO tersebut sudah seharusnya disebarkan lebih luaskan. Tujuannya agar dapat diadopsi oleh petani sawit lainnya di tempat lain.
"Harapan terbesar kami adalah penyebaran tentang informasi mengenai bagaimana mengelola kebun sawit dengan memerhatikan dan menjaga alam yang dilakukan para petani ini, dapat tersebar tidak hanya ke seluruh petani sawit di Tapanuli Selatan, tapi juga ke seluruh Indonesia," ucap Isner.
Sekretaris Dinas Pertanian Daerah Tapanuli Selatan, Muhammad Taufik Batubara, mengakui, petani sawit di wilayahnya sudah menunjukkan peningkatan dalam menerapkan praktik pertanian yang baik. Hanya saja, sambung dia, kisah sukses mereka masih kurang tersebar ke publik.
"Dengan adanya pelatihan ini, kita sama-sama bisa berkarya sekaligus menyebarkan informasi yang selama ini kita ketahui. Kami sangat berharap rekan-rekan petani sawit yang ikut dalam pelatihan ini, para PPL dan juga FOKSBI, dapat terus berkolaborasi untuk menyebarkan informasi yang bermanfaat," ucap Taufik.
Ketua Asosiasi PSMB, Julhadi Siregar, mengaku sangat senang dapat mengikuti pelatihan untuk membagikan kisah keberhasilan mereka. "Sehingga nantinya kami bisa membuat konten tentang bagaimana kami bekerja di kebun dan mengelola sawit secara berkelanjutan. Mudah-mudahan setelah ini kami bisa membuat konten-konten yang lebih bermanfaat," kata Julhadi.